Rabu, 17 September 2014

HAK TUHAN ATAS AMAL

Dalam acara pengajian, ada seorang Mudin yang tiba-tiba mendadak bertanya kepada seorang Da'i yang kebetulan diundang untuk mengisi acara pengajian di sebuah masjid. Pas waktu itu Si Mudin sedang mengisi acara sambutan atas nama Takmir masjid setempat. Di depan para jama'ah yang kebanyakan ibu-ibu itu dia bertanya kepada Si Da'i dengan nada sedikit meninggi.
"Mas Da'i, gini Mas, katanya orang salat kalau tidak paham arti dari lafadz-lafadz yang dibaca saat salat katanya tidak sah salatnya, Mas? Lha kalau kayak Mas Da'i, ini apa tahu kalau salatnya itu diterima, Mas? Masak kog kayak gitu sih, Mas? Lha, itu pertanyaan saya untuk mengawali acara pengajian pada malam ini, terimakasih, wassalamu'alaikum."
Suasana sempat hening sejenak selepas Si Mudin selesai menyampaikan sambutan. Si Da'i tersenyum, memandangi Si Mudin yang langsung ngasih mix kepadanya. Kulihat dia sempat sedikit menghela nafas, sebelum memulai ceramah. Mungkin dia merasa sedikit tersinggung mendengar ungkapan Si Mudin yang kurang enak didengarnya. Tanpa panjang lebar, sebelum salam Si Da'i langsung menimpali perkataannya Si Mudin.
"Terimakasih Pak Mudin, pertanyaannya anda sangat bagus, tapi saya belum pasang kuda-kuda ini Pak, kog langsung diserang aja." Kata Si Da'i sambil tertawa. Dia mencoba untuk mencairkan suasana yang hawanya terasa sedikit panas. Para Ibu-ibu langsung tertawa mendengar perkataannya.
Si Da'i menanggapi apa yang sudah dikatakan oleh Si Mudin. Dia merasa pemahaman Si Mudin mengenai statemen yang mengatakan bahwa salat seseorang tidak akan diterima jika tidak mengerti arti lafadz-lafadz yang dibaca saat salat merupakan kepahaman yang kurang tepat. Karena, orang tidak akan tahu, diterima atau tidaknya amal-amal ibadah yang dilakukannya selama ini. "Termasuk, Saya." Tambah Si Da'i.
Manusia hanyalah ciptaan yang harus tunduk dan patus atas semua yang sudah diperintahkan oleh Tuhannya. Ibarat seorang budak dimata juragannya dan ibarat karyawan dimata bos-nya. Jika seorang pembantu atau karyawan diperintah untuk oleh sang juragan mengerjakan semua pekerjaan rumah, seperti nyuci baju, piring, ngepel dan sebagainya, makan dia-pun harus tunduk dan patuh untuk melaksanakan perintah-perintah itu. Kalau tidak, maka dia akan dikeluarkan dari pekerjaannya, dan kemudian akan terlunta-lunta karena tidak punya pekerjaan lagi untuk menghasilkan uang.
Begitupun nasib manusia dimata Tuhan. Dalam menjalani hidupnya, dia wajib untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Bukan berarti Tuhan butuh sesuatu dari apa yang telah dilakukannya demi Tuhan. Justru, yang membutuhkan Tuhan adalah manusianya sendiri. Karena, manusia dalam menjalani hidupnya harus bisa mencari bekal untuk meraih kebahagian abadi. Kalau manusia tidak pernah melakukan amal kebaikan atau amal ibadah lainnya, mungkin bisa jadi dia tidak akan mendapatkan apa-apa selama hidupnya, bahkan bisa jadi dia akan mendapatkan balasan yang setimpal, sama seperti orang-orang yang juga tidak melakukan amal ibadah selama hidup di dunia.
"Bukan Tuhan yang butuh amal kita, tapi kita yang butuh Tuhan!" Kata Si Da'i dengan nada sedikit keras.
Namun, mengenai tentang diterimanya amal, Si Da'i menganggap hal itu bukan hak manusia untuk dijadikan sebagai tuntutan bagi Tuhannya. Bukan berarti amal-amal baik yang sudah dilakukan, manusia bisa menggugat Tuhan agar mau menerima untuk dijadikan sebagai pahala baginya. Pemahaman inilah yang sangat keliru.
Memang, manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi ciptaan yang baik, bahkan makhluk paling mulia dimata Tuhan. Bukti manusia bisa dikatakan sebagai makhluk mulia telah dibuktikan secara langsung oleh Tuhan dengan memilihnya menjadi khalifah di bumi ini. Malaikat yang dikenal sebagai makhluk yang paling ta'at masih bukan termasuk kategori makhluk yang dipilih oleh untuk menjadi seorang khalifah alam. Maka, agar manusia menjadi baik dimata Tuhan, paling tidak dia menyadari diri bahwa selama menjalani hidupnya dia harus menjalani perintah-perintah Tuhan sesuai dengan kemampuannya. Karena Tuhan tidak menuntut hambanya untuk menjalani sesuatu yang tidak mampu dilakukannya.
"Makanya, ada perintah bagi kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, jika kita melihat tetangga kita lebih rajin dalam beribadah ya kita tidak boleh kalah, sedikit-demi sedikit kita perbaiki ibadah kita yang masih kurang, kalau bisanya cuma salat subuh ya kita pertahankan salat subuhnya, tapi jangan berhenti disitu, perbaiki lagi, kita tambahi dengan salat dhuhur dan begitu seterusnya, inilah salah satu proses yang harus dijalani dalam rangka untuk menjadi makhluk yang baik dimata Tuhan" Lanjut Si Da'i.
Si Mudin menganggukkan kepala. Ekspresi wajanya seperti orang yang sedang berpikir dalam-dalam. Sesekali dia melirik Si Da'i yang berlahan mengakhiri ceramahnya selama 30 menit. Si Da'i pun lega bisa menyampaikan isi ceramahnya dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain. Terakhir dalam ceramahnya, dia berdoa. semoga semua warga yang datang dalam majelis taklim malam itu termasuk orang-orang yang amalnnya diterima menjadi pahala bagi mereka, sebagai bekal menuju alam abadi kelak. Wallahua'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar