Archive for September 2014

TELANJANGLAH UNTUKKU

Kini aku telah telanjang
Jangan Kau tunda lagi
Jangan kau buat nafsuku semakin bergejolak
Karena ingin segera Kau sentuh

Cumbuilah aku...

Kini aku berdiri tanpa sehelai kain
Jangan kau tunda lagi
Jangan kau biarkan aku malu
Karena selalu Kau pandang

Cumbuilah aku...


Kini Kau tahu mau ku
Jangan biarkan diri ini liar
Jangan biarkan yang lain menjamahku
Karena aku tahu Kau murka

Cumbuilah aku...

Kini Kau ada disisiku
Janganlah pergi jauh dari pelukanku
Jangan biarkan jiwa ini haus kasih-Mu lagi
Karena aku ingin selalu bercumbu dengan-Mu

Telanjanglah...
Biarkan aku mencumbumu...

Kini aku ingin segera Kau jamah
Jangan hanya dalam pikiranku saja
Jangan hanya diam, tumpahkanlah semua
Karena kenikmatan-Mu ingin ku rasa

Cumbuilah aku...
Cumbuilah aku...
Cumbuilah aku...

Telanjangilah aku, jangan hanya sekali
Aku ingin melihat-Mu, telanjang
Aku sangat ingin Kau cumbui
Selamanya...


Senin, 22 September 2014
Posted by Unknown

MENGAWAL NIAT HIDUP

Waktu terus berlalu. Dalam melewatinya tentu banyak sekali kejadian-kejadian yang sudah dirasakan. Kejadian yang membuat kita marah, sedih, senang, bahagia, sakit hati dan lain sebagainya. Yah, beginilah hidup. Hidup memang harus bervariasi. Masa terpuruk tidak selamanya akan terus menghinggapi diri kita, dan sebaliknya, tidak selamanya orang akan dihinggapi rasa senang selama menjalani hidupnya.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari islam telah mengajarkan cara agar semua yang telah dilakukan umatnya berbuah menjadi suatu pahala. Salah satu ajaran yang diajarkan agama islam adalah sahnya suatu amal tergantung dengan niat, seperti yang sudah dikatakan oleh sebuah hadist riwayat sahabat Umar bin Khatab. Sedang letak niat itu dikerjakan ketika mengawali sebuah pekerjaan, semisal dalam salat, niat salat dikerjakan ketika takbiratul ihram, begitu juga pekerjaan yang lainnya.
Dengan niat itu kita akan mendapatkan apa yang akan kita dapatkan. Keterangan selanjutnya dalam hadist riwayat Umar bin Khatab diatas dijelaskan, barang siapa hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya karena dunia atau wanita, maka dia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dihijahinya. Sekilas memang mudah, tapi beda lagi dengan prakteknya. Setiap akan melakukan suatu pekerjaan saat itu pula niat seseorang akan diuji. Jika lolos, tentu ia akan mendapatkan apa yang sudah menjadi niatnya.
Agama islam telah mengajarkan bahwa sesungguhnya Allah mencatat amal-amal baik dan buruk dan kemudian menampakkan semuanya (kelak), barang siapa niat melakukan sebuah amal kebaikan namun tidak melakukannya, maka disisi Allah menjadi amal baik yang sempurna, dan apabila melakukannya maka amal baik itu disisi Allah akan menjadi sepuluh amal kebaikan dan bahkan akan dilipatgandakan lagi menjadi tujuh puluh kebaikan hingga lebih dari itu. Sebaliknya, barang siapa niat melakukan amal keburukan, kemudian tidak jadi melakukannya, maka akan dicatat sebagai satu kebaikan, dan barang siapa melakukan amal buruk itu maka hanya akan menjadi satu keburukan disisi Allah.
Walhasil, bawalah niat baik anda dengan sebaik-baiknya agar bisa menjadi sebuah amal kebaikan disisi Allah, meskipun tidak ada seorang pun yang tahu tentang maksud anda melakukan suatu pekerjaan atau amal baik yang anda yakini. Karena, Allah memandang seseorang dalam sisi batiniyahnya, bukan dari sisi lahiriyah seseorang.



Jumat, 19 September 2014
Posted by Unknown

HAK TUHAN ATAS AMAL

Dalam acara pengajian, ada seorang Mudin yang tiba-tiba mendadak bertanya kepada seorang Da'i yang kebetulan diundang untuk mengisi acara pengajian di sebuah masjid. Pas waktu itu Si Mudin sedang mengisi acara sambutan atas nama Takmir masjid setempat. Di depan para jama'ah yang kebanyakan ibu-ibu itu dia bertanya kepada Si Da'i dengan nada sedikit meninggi.
"Mas Da'i, gini Mas, katanya orang salat kalau tidak paham arti dari lafadz-lafadz yang dibaca saat salat katanya tidak sah salatnya, Mas? Lha kalau kayak Mas Da'i, ini apa tahu kalau salatnya itu diterima, Mas? Masak kog kayak gitu sih, Mas? Lha, itu pertanyaan saya untuk mengawali acara pengajian pada malam ini, terimakasih, wassalamu'alaikum."
Suasana sempat hening sejenak selepas Si Mudin selesai menyampaikan sambutan. Si Da'i tersenyum, memandangi Si Mudin yang langsung ngasih mix kepadanya. Kulihat dia sempat sedikit menghela nafas, sebelum memulai ceramah. Mungkin dia merasa sedikit tersinggung mendengar ungkapan Si Mudin yang kurang enak didengarnya. Tanpa panjang lebar, sebelum salam Si Da'i langsung menimpali perkataannya Si Mudin.
"Terimakasih Pak Mudin, pertanyaannya anda sangat bagus, tapi saya belum pasang kuda-kuda ini Pak, kog langsung diserang aja." Kata Si Da'i sambil tertawa. Dia mencoba untuk mencairkan suasana yang hawanya terasa sedikit panas. Para Ibu-ibu langsung tertawa mendengar perkataannya.
Si Da'i menanggapi apa yang sudah dikatakan oleh Si Mudin. Dia merasa pemahaman Si Mudin mengenai statemen yang mengatakan bahwa salat seseorang tidak akan diterima jika tidak mengerti arti lafadz-lafadz yang dibaca saat salat merupakan kepahaman yang kurang tepat. Karena, orang tidak akan tahu, diterima atau tidaknya amal-amal ibadah yang dilakukannya selama ini. "Termasuk, Saya." Tambah Si Da'i.
Manusia hanyalah ciptaan yang harus tunduk dan patus atas semua yang sudah diperintahkan oleh Tuhannya. Ibarat seorang budak dimata juragannya dan ibarat karyawan dimata bos-nya. Jika seorang pembantu atau karyawan diperintah untuk oleh sang juragan mengerjakan semua pekerjaan rumah, seperti nyuci baju, piring, ngepel dan sebagainya, makan dia-pun harus tunduk dan patuh untuk melaksanakan perintah-perintah itu. Kalau tidak, maka dia akan dikeluarkan dari pekerjaannya, dan kemudian akan terlunta-lunta karena tidak punya pekerjaan lagi untuk menghasilkan uang.
Begitupun nasib manusia dimata Tuhan. Dalam menjalani hidupnya, dia wajib untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Bukan berarti Tuhan butuh sesuatu dari apa yang telah dilakukannya demi Tuhan. Justru, yang membutuhkan Tuhan adalah manusianya sendiri. Karena, manusia dalam menjalani hidupnya harus bisa mencari bekal untuk meraih kebahagian abadi. Kalau manusia tidak pernah melakukan amal kebaikan atau amal ibadah lainnya, mungkin bisa jadi dia tidak akan mendapatkan apa-apa selama hidupnya, bahkan bisa jadi dia akan mendapatkan balasan yang setimpal, sama seperti orang-orang yang juga tidak melakukan amal ibadah selama hidup di dunia.
"Bukan Tuhan yang butuh amal kita, tapi kita yang butuh Tuhan!" Kata Si Da'i dengan nada sedikit keras.
Namun, mengenai tentang diterimanya amal, Si Da'i menganggap hal itu bukan hak manusia untuk dijadikan sebagai tuntutan bagi Tuhannya. Bukan berarti amal-amal baik yang sudah dilakukan, manusia bisa menggugat Tuhan agar mau menerima untuk dijadikan sebagai pahala baginya. Pemahaman inilah yang sangat keliru.
Memang, manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi ciptaan yang baik, bahkan makhluk paling mulia dimata Tuhan. Bukti manusia bisa dikatakan sebagai makhluk mulia telah dibuktikan secara langsung oleh Tuhan dengan memilihnya menjadi khalifah di bumi ini. Malaikat yang dikenal sebagai makhluk yang paling ta'at masih bukan termasuk kategori makhluk yang dipilih oleh untuk menjadi seorang khalifah alam. Maka, agar manusia menjadi baik dimata Tuhan, paling tidak dia menyadari diri bahwa selama menjalani hidupnya dia harus menjalani perintah-perintah Tuhan sesuai dengan kemampuannya. Karena Tuhan tidak menuntut hambanya untuk menjalani sesuatu yang tidak mampu dilakukannya.
"Makanya, ada perintah bagi kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, jika kita melihat tetangga kita lebih rajin dalam beribadah ya kita tidak boleh kalah, sedikit-demi sedikit kita perbaiki ibadah kita yang masih kurang, kalau bisanya cuma salat subuh ya kita pertahankan salat subuhnya, tapi jangan berhenti disitu, perbaiki lagi, kita tambahi dengan salat dhuhur dan begitu seterusnya, inilah salah satu proses yang harus dijalani dalam rangka untuk menjadi makhluk yang baik dimata Tuhan" Lanjut Si Da'i.
Si Mudin menganggukkan kepala. Ekspresi wajanya seperti orang yang sedang berpikir dalam-dalam. Sesekali dia melirik Si Da'i yang berlahan mengakhiri ceramahnya selama 30 menit. Si Da'i pun lega bisa menyampaikan isi ceramahnya dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain. Terakhir dalam ceramahnya, dia berdoa. semoga semua warga yang datang dalam majelis taklim malam itu termasuk orang-orang yang amalnnya diterima menjadi pahala bagi mereka, sebagai bekal menuju alam abadi kelak. Wallahua'lam.

Rabu, 17 September 2014
Posted by Unknown

BELAJAR DARI KESALAHAN

Siang itu, saya mendapat sms dari seseorang yang bilang bahwa dirinya berharap untuk invite P
in BBM-nya. Dalam sms itu tertera pin BBM 29EAFE2A. Setelah saya cek ternyata BBM atas nama H. Riyanti yang mengaku Distributor elektronik. Dia menawarkan beberapa produk ke saya dengan harga yang murah dan diskon yang lumayan menggiurkan.
Malamnya, saya coba menghubungi dia. Ternyata, enak diajak komunikasi. Karena saya merasa nyambung dengannya, akhirnya saya bilang ke dia kalau lebih baik saya datang ke rumahnya agar semua jelas. Bahkan saya menganggap dia bisa jadi rekan bisnis saya yang baik. Ketemu, klarifikasi lalu setelah dijelaskan semua akan menjadi jelas.
Paginya, orang yang mengatasnamakan diri sebagai H. Riyanti itu masih kembali menawarkan produk dan memperbolehkan saya untuk promosi produknya ke teman-teman BBM saya. Karena saya yakin, akhirnya apa yang dia kirimkan, saya sebar ke teman-teman. Sempat juga ada yang tertarik dan bertanya-tanya. Setiap ada pertanyaan dari teman saya yang menyangkut tentang produk yang ditawarkan orang itu saya langsung menanyakannya. Anehnya, dia menjawab dengan baik dan bahkan tawarannya semakin menggiurkan. Saya semakin penasaran dan curiga dengan orang itu. Akhirnya, berkat saran Faris, salah satu rekan kerja saya di Majalah, saya langsung mengecek keberadaan alamat orang itu yang lokasinya di Jl. Cekokan No.135 Kediri.
Sesampai disana saya langsung masuk ke rumah sesuai alamat. Rumahnya sepi tidak ada oang. Padahal, pintu terbuka dan sebelah ruang tamu ada tempat semacam ruangan kantor yang sudah siap untuk menerima tamu. Rumahnya sangat bagus, berlantai satu, dan sepertinya pemiliknya berstatus orang yang kaya.
Saya mencoba untuk mengucapkan salam. Satu kali, dua kali bahkan sampai beberapa kali saya mengucap salam, tak ada jawaban sama sekali dari pemilik rumah. Saya mencoba mendekat, masuk ke ruang tamu sambil melihat seisi barang yang ada didalamnya. Rupanya, di ruang tamu banyak sekali tumpukan bermacam kitab kuning yang tertata rapi di dalam lemari. Selain itu, saya juga melihat foto seorang kiai diatas lemari itu, juga foto H. Riyanti bersama keluarga.
Pikir saya, mungkin saja si pemilik rumah adalah seseorang yang pernah mengenyam pendidikan di Pesantren. Tidak mungkin kitab-kitab yang berderet di lemari itu hanya sebagai hiasan saja. Dan yang saya tahu, tidak mungkin orang yang memiliki kitab kuning kalau dia tidak pernah sekolah di Pesantren. Tanpa belajar di Pesantren, jarang sekali ada orang yang bisa memahaminya. Kog paham, membacanya saja tidak akan mungkin bisa, apalagi jika tidak pernah belajar sama sekali.
Aneh, sudah lama saya menunggu, masih saja tidak ada orang yang keluar untuk menemui saya. Akhirnya saya keluar dan bertanya ke tetangga depan rumah itu.
"Ada perlu apa Mas?"tanya seorang Ibu paruh baya.
"Bu Riyantinya ada di rumah Bu?"
"Ada Mas, apa mungkin masih keluar? tadi kayaknya ada kog, Mas udah ketok pintu?"
"Sudah Bu, bahkan saya udah mengucap salam berkali-kali tapi nggak ada yang keluar."
"Sampean udah transfer uang, Mas?"
"Belum kog Bu, saya cuma mau ngecek alamatnya Bu Riyanti"
"Oh... Alhamdulillah..."
"Lho, kenapa Bu?"
"Hati-hati Mas, kemarin ada anak Malang juga kesini, katanya udah tranfer uang 500 ribu buat beli Handphone, kasihan Mas, dia ketipu, ngecek kesini tapi orang yang punya rumah tidak mau mengakui, katanya rekening yang di tranfer uang bukan milik Bu Riyanti"
"Oh... Begitu, kalau begitu terimakasih, Bu"
Saya menghela nafas, nafsu amarah saya bergejolak tapi saya mencoba untuk sabar. Pikiran saya mulai berpikiran lain dalam menilai sosok Bu Riyanti. Saya sudah merasa telah tertipu. Kembali lagi saya masuk ke rumah dan kembali mengucap salam sambil mengetok pintu lebih keras.
Tidak lama kemudian ada sosok anak muda seumuran saya keluar. Penampulannya meyakinkan, seperti orang kantoran, memakai jaz abu-abu dan celana hitam, Hanya saja, sepertinya dia belum mandi. Mukanya agak sedikit kusut dan rambutnya tidak tertata rapi. Dia juga terlihat gugup saat menemui saya.
"Ada apa, Mas?"
"Maaf, apa betul ini rumahnya Bu Riyanti, pemilik MAHKOTA ONLINE SHOP yang menjual bebagai macam elektonik?"
"Bener ini rumah Ibu saya, tapi Ibu saya tidak menjual barang elektronik tapi kosmetik"
"Loh! Lha ini BBM siapa Mas?"
"Ini pasti penipuan, Mas, sudah ada kira-kira 60 orang yang datang kesini, udah biasa terjadi Mas, kasus ini juga sudah saya laporkan ke polisi, Nama Ibu saya yang dijadikan alat untuk melakukan penipuan?"
"Lha ini poto siapa Mas?" kata saya sambil menunjukkan Suran Izin Tempat Usaha dari Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu dari Pemerintah Kota Kediri yang saya dapat dari BBM atas nama Bu Riyanti, yang telah saya copy paste.
"Lha itu Mas, itu yang saya maksud tadi"
"Ya, kalau memang sudah dilaporkan ke polisi ya Sampean sebar kasus ini ke masyarakat, biar semuanya tahu. Saya malu Mas, saya kadung promosi ke anak-anak, untung saja tidak suruh mereka menghubungi Pin BBMnya"
"Iya Mas, maaf ya Mas, saya nggak tahu"
Dengan muka yang sedikit mrengut, saya pamitan. Namun, wajah anak muda itu datar seperti tidak pernah ada masalah sama sekali. Saya berjabat tangan dengannya lalu keluar.Dan sebelum balik ke rumah, saya dipanggil sama Ibu yang berbincang-bincang lagi dengan saya sebelumnya.
"Gimana, Mas? Itu tadi anakan (Anak)-nya Mas, besok-besok lagi yang hati-hati Mas, udah banyak yang sudah tertipu"
"Iya Bu, makasih infonya..."
Hufh... Tak habis pikir, saya akan mengalami kejadian seperti ini. Mungkin ini yang pertama kali dan terakhir. Semoga saya bisa mengambil hikmah dibalik kejadian ini. Saya mengakui, mungkan saya telah ceroboh dan mudah untuk terlalu percaya kepada orang lain. Kadang, saya berpikir kenapa saya masih saja mudah dibodohi oleh orang lain.
Setiba di rumah, di BBM H. Riyanti ada pemberitahuan bahwa saya bisa menemuinya ke alamat yang ada. Sontak, saya langsung naik pitam, padahal saya baru saja datang ke rumahnya. Saya bilang ke dia bahwa dia telah menipu saya. Eh, dia malah mengejek saya dengan ikon orang yang lagi melet (Menjulurkan lidahnya). Hadeh...
 
Selasa, 16 September 2014
Posted by Unknown

PENEBAR DAMAIKU TERNODA

"Maaf, Anda beragama apa?" 
Tanya salah satu anggota Paguyuban Lintas Agama saat aku mengikuti Dialog di Gedung Serbaguna. Dengan mantap aku menjawab;"Saya muslim". 
Lalu, dia menyalami saya sembari tersenyum, kemudian kami berkenalan.
"Kenalkan, saya Aslam."
"Oh ya, saya Johan."
Lalu, Johan mempersilahkanku duduk disampingnya. Dia adalah pengikut agama kristen katolik yang taat dan baik hati. Dalam pertemuan itu dia sempat mengatakan kepadaku tentang keadaan yang dialami agama islam selama ini.
"Anda tahu tentang ISIS?" tanya Johan.
"Secara detail mungkin saya tidak bisa menjelaskan tentang ISIS, tapi secara garis besar, ISIS itu berfaham radikal, salah satu aliran islam yang ekstrim dan berbahaya bagi kerukunan antar umat beragama dan masyarakat luas" jawabku.
"Islam ini ada-ada saja ya, sejak dulu hingga sekarang tetap menjadi pembicaraan menarik, banyak kasus yang sudah terjadi yang berkaitan dengan islam, termasuk kejahatan teroris dan sekarang ISIS, kenapa ini bisa terjadi ya?"
Saat Johan menanyakan tentang hal itu, aku sedikit tersinggung. Sempat saya berpikir, apa maksud Johan menanyakan hal ini? Aku hampir memahami Johan sebagai sosok yang memahami bahwa seolah-olah umat islam selalu berbuat masalah dan penebar angkara murka. Karena, kasus-kasus yang sering terekspos di media dan menjadi berita terhangat adalah kasus-kasus yang berkaitan dengan agama islam.
Aku terdiam sejenak sambil berfikir untuk menanggapi dengan baik dari apa yang sudah ditanyakan oleh Johan. Tak kusangka, dia akan mengatakan statemen yang membuatku sedikit tersudutkan. Padahal, bagiku islam tidak seburuk apa yang Johan pikirkan. Islam adalah rahmatan lil'alamin, bukan laknatan lil'alamin. Agama yang ku yakini selalu menebarkan kedamaian kepada siapapun di dunia ini.
"Johan, kita telah memiliki musuh yang telah terlokalisasi dan teridentifikasi, musuh itu bersifat rohani, dia adalah setan yang memimpin kekuatan jahatannya, dia akan selalu menggoda manusia untuk saling bermusuhan dan melakukan tindak kejahatan, bahkan dia akan selalu mencoba menjerumuskan kita agar jauh dari Tuhan, bukankah begitu?"
"Iya" jawab Johan sambil mengangguk.
"Kamu percaya dengan roh-roh jahat yang ada di sekeliling kamu? Bagiku, mungkin roh-roh jahat itulah yang saat ini juga merasuki sebagian umat agamaku, dan mungkin saja ini bisa menimpa umat agama katolik yang anda yakini, karena kita tahu roh-roh jahat itu adalah antek-anteknya setan dan bisa mengelabuhi dan memperdayai siapa saja, tak memandang baik orang islam ataupun orang katolik, ya kan?"
"Iya, roh-roh jahat memang menebarkan kejahatan bagi umat manusia, kita harus selalu waspada tentang ini, maafkan saya jika pertanyaan saya buat kamu tersinggung" tambah Johan.
Hatiku lega, Johan bisa menerima pendapat yang tak sengaja saya sampaikan untuk menanggapi pertanyaannya. Ungkapanku itu tertulis dalam khutbah pernah disampaikan oleh Dr. R. L. Hymers, Jr. di Baptist Tabernacle of Los Angeles, yang diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto, mengutip statemen Dr. J. Vernon Macgee.
Para peserta dialog mulai memadati ruangan. Pembawa acara, Moderator dan Narasumber telah siap memulai acara diatas podium. Aku dan Johan mengakhiri pembicaraan dan bersama-sama mengikuti acara yang dihadiri oleh kaum lintas agama dengan khidmat.  

Senin, 15 September 2014
Posted by Unknown

ISLAM ADA DI HATI JAWA

Pada waktu itu, saya ikut macopatan di daerah Semen Kediri. Disana saya bertemu dengan beberapa orang yang sedang latihan menyanyikan lagu-lagu jawa. Tidak banyak anggotanya, hanya sekitar 10 orang dengan latar belakang agama yang beda. Namun, meski berbeda mereka sangat bersemangat untuk berangkat latihan Macopatan yang diadakan selama seminggu sekali itu. Semangat mereka itu karena satu, yakni ingin bersama-sama melestarikan budaya jawa yang semakin lama semakin ditinggalkan.
Di rumah milik salah anggota yang sederhana itu mereka secara berganti
an menyanyikan syair lagu jawa jaman dahulu yang tidak semua orang tahu artinya. Yang membuat saya berkesan, setelah saya teliti ternyata syair-syair tembang Jawa yang dinyanyikan mereka adalah syair karangan para walisongo, seperti salah satunya syair dandanggulo yang dikarang oleh Sunan Kalijaga. Sayang, peminat syair-syair itu kian lama makin menghilang. Padahal, Sunan Kalijaga-lah termasuk salah satu figur Ulama yang ikut serta mempertahankan budaya.
Islam bisa masuk di tanah jawa dengan ramah, tanpa ada pemaksaan ataupun perlawanan dari pihak penduduk di jawa tempo dulu. Salah satu cara yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga agar islam bisa diterima secara baik diantaranya adalah menyatu dengan orang-orang jawa dengan apa yang mereka sukai saat itu. Dulu, gamelan merupakan salah satu jenis musik yang tidak ada duanya di dunia ini. Hanya orang jawa yang memiliki jenis musik gamelan yang tergolong unik dan langka. Justru dengan bergamelan inilah Sunan Kalijaga menjadi figur yang tidak terlupakan. Dengan syair-syair Jawa-nya yang penuh dengan nilai-nilai ajaran islam, Sunan Kalijaga dikenang sepanjang masa oleh orang-orang jawa. Salah satu buktinya, syair-syair itu masih dipertahankan dan dijadikan sebagai budaya jawa yang terus dilestarikan hingga saat ini.
Sungguh, pelajaran dari Walisongo, khususnya Sunan Kalijaga sangat menarik untuk diteladani oleh kader-kader islam selanjutnya. Berkat langkah Sunan Kalijaga yang arif dalam berdakwah, Islam akhirnya benar-benar dicintai dengan penuh ketaatan dan keramahan oleh pengikutnya di Jawa. Syair-syair karangan para sunan telah berhasil menyatu dan menjadi salah satu budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa, yang sebelumnya sangat awam dengan ajaran islam.

Minggu, 14 September 2014
Posted by Unknown

SAAT AGAMA BUKAN LAGI PEDOMAN

Akhir-akhir ini, banyak pihak yang menganggap dari beberapa Rencana Undang-undang dan sebagian Undang-undang Negara yang sudah ada di Indonesia bisa dikatakan tidak sesuai dengan harapan dari pihak-pihak-pihak tertentu. Salah satu buktinya, saya lihat di status BBM salah satu kenalan saya Aguk, wartawan KOMPAS. Dia menyatakan bahwa RUU dokter ditolak oleh dokter, RUU Pilkada ditolak oleh Kepala daerah dan RUU Advokat ditolak oleh Advokat. Bahkan, dia bertanya,"Pembuat UU bisa bikin UU nggak sih? #mikir!", tanya Aguk.
Kenapa bisa terjadi demikian?
Sempat terjadi perdebatan kecil antara saya dan Aguk. Intinya, dia setuju bahwa tidak mudah membuat Undang-undang. Melihat dari latar belakang, historis pembuatan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 pun tidak mudah. Harus melibatkan beberapa elemen-elemen yang harus ikut andil dalam memutuskan keputusannya. Terlebih jika Undang-undang itu berkaitan dengan aturan agama, maka Undang-undang Negara harus mengindahkannya, baik dalam memutuskan Undang-undang yang masih dalam perencanaan maupun dalam menyikapi Undang-undang yang sudah ada.
Saat ini, ada beberapa Undang-undang yang perlu diwaspadai, yang masih diujikan kembali untuk dibahas. Salah satu contohnya Undang-undang yang mengatur tentang perkawinan lain agama dan kawin sesama jenis. Dalam sudut pandang agama (islam), keduanya sudah menjadi aturan yang seharusnya dipatuhi oleh pengikutnya untuk dihindari. 
Hal ini akan menjadi polemik besar dalam tatanan Undang-undang di Indonesia dan bahkan dilingkungan masyarakatnya, jika kedua Undang-undang itu menjadi keputusan final yang disahkan. Indonesia bukan Amerika yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, dalam arti semua bisa terpatahkan dengan alasan HAM yang seolah tiada batasnya. Siapapun bisa melakukan apa yang diinginkan dengan mengatasnamakan HAM, padahal pemikiran seperti itu harus harus diluruskan kembali. 
Indonesia adalah salah satu bangsa yang masih menjunjung tinggi aturan agama sebagai ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Maka, tidak semua aturan Undang-undangnya bisa diputuskan hanya berdasarkan sebuah pemikiran otak manusia yang cenderung mengalami kesalahan. Indonesia adalah Negara yang mengakui agama menjadi salah satu pedoman hidup penduduknya. Dalam konteks inilah, seharusnya para pembuat Undang-undang harus memperhatikan betul-betul dalam membuat sebuah keputusan Undang-undang agar tidak terjadi polemik besar bagi seluruh warganya.
Dari kejadian ini kita bisa menyadari ungkapan bahwa;"Kehancuran akan terjadi jika suatu perkara ditangani oleh yang bukan ahlinya", bukanlah hanya sebuah ungkapan tanpa makna. Para pembuat Undang-undang akan menjadikan sebuah nestapa besar bagi warga Indonesia jika dalam keputusannya jauh dari harapan, apalagi melanggar dari aturan agama yang sudah ada. Agama bukan lagi sebuah pedoman yang menjadi pertimbangan dalam membuat sebuah hukum Negara.  
Sabtu, 13 September 2014
Posted by Unknown

Popular Post

Blogger templates

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Albirroers -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -