Archive for 2014
DILEMA JOKOWI DAN PARA PEJABAT BARU
Kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintah semakin
hari semakin berkurang. Kabar-kabar dari berbagai media yang menyoroti pergerakan
pemerintah dicerminkan betapa banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi
saat ini. Semuanya serba kurang, bahkan sepertinya beberapa orang yang menjabat
di kementerian negara tidak layak untuk mengawal kemajuan bagi negaranya
sendiri.
Entah, apa karena dampak dari sudah banyaknya pejabat
yang melakukan, dan atau terlibat dalam masalah korupsi, atau dimungkinkan karena
faktor yang lain. Terlepas dari semua itu, mengamati sorotan media untuk publik
kepada pemerintah saat ini telah menimbulkan pemikiran yang mengarahkan
ketidakpercayaan masyarakat kepada para pemimpin di bangsa ini.
Salah satu berita yang pernah disiarkan di salah satu
media televisi mengatakan bahwa para menteri susah diajak untuk tertib oleh pembawa
acara saat akan dilantik. Para menteri tidak langsung menempati posisi yang
ditentukan setelah diminta berkali-kali oleh si pembawa acara. Baru setelah
Presiden Jokowi datang mereka bersedia untuk tertib dan melangsungkan acara
pelantikan. Padahal, bisa jadi acara pelantikan itu memang menunggu kedatangan
Presiden lebih dahulu kemudian baru bisa dimulai. Hanya saja, pandangan
masyarakat akan berbeda dalam menanggapi kejadian itu. Mereka akan cenderung
mengatakan bahwa para menteri tidak disiplin dan sulit untuk menertibkan diri.
Selain itu, pernah juga dimunculkan berita yang sedikit
memojokkan Jokowi, terkait dengan terpilihnya Rini Soemarno menjadi Menteri
Badan Usaha Milik Negara. Terpilihnya Rini Soemarno, menteri kabinet kerja terkaya
dengan harta Rp.40,07 Miliar, mengindikasikan dirinya termasuk pejabat yang
juga tidak bersih, bertolakbelakang dengan pernyataan jokowi yang mengklaim
bahwa para menterinya bersih dari korupsi. Apalagi, Perempuan yang pernah
menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era kepemimpinan Megawati
Soekarno Puteri, dalam salah satu surat kabar disebut-sebut bermasalah menurut
KPK. Semua kabar miring tentang wanita yang pernah menjabat sebagai Presiden
Direktur Astra Internasional ini ditampakkan kembali, termasuk pernyataan bahwa
dirinya pernah diperiksa oleh Panitia Kerja (Panja) Komisi I DPR terkait proses
imbal dagang pesawat jet tempur sukhoi, helikopter dan peralatan militer Rusia.
Dia dianggap melanggar UU Pertahanan dan UU APBN, dan bermasalah dalam beberapa
kabar miring yang sudah ditampilkan ke publik.
Lagi-lagi sebuah pemberitaan yang tidak beda dengan pemberitaan
dari kejadian pelantikan diatas. Dengan pemberitaan Rini Soemarno ini, masyarakat
seolah dibumbui dengan persepsi negatif khususnya kepada Rini Soemarno. Hanya berdasar
dugaan dan penilaian saja seolah dia sudah tidak masuk dalam citra pejabat yang
bisa dipercaya. Padahal, dia akan mengemban amanat baru di kabinet kerja Jokowi
selama lima tahun kedepan.
Seharusnya, dengan dipilihnya seorang pemimpin yang baru,
sebagai masyarakat yang baik tentunya akan selalu berusaha mendukung setiap
langkah kebijakan pemimpinnya. Setiap orang pasti mempunyai masa lalu, termasuk
masa lalu yang kurang baik. Namun, masa lalu bukanlah sebuah kekurangan secara
mutlak. Dalam arti sebuah kekurangan masih bisa dibenahi di masa yang akan
datang, karena semua bisa berubah dan seseorang yang berpikir maju tidak akan
mengulangi kesalahan yang kedua kalinya.
Pak Jokowi dan semua
menterinya sudah sah menjadi pejabat di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sudah
saatnya masyarakat mendukung seluruh arah kebijakan dan pergerakan pembangunan
yang akan digagas dan dijalankan. Karena, jika kepercayaan masyarakat kepada
pemerintah sudah tidak ada lagi, pemerintah sekuat dan sebaik apapun tidak akan
mampu membawa Negaranya dengan sebaik-baiknya. Belum lagi jika harus menghadapi
para mantan pejabat yang pernah berseteru saat menjadi anggota di instansi
pemerintah dan media yang kadang kurang santun dalam mengabarkan berita.
SETETES TINTA UNTUK AYAH
Ayah, sejak dulu ku katakan
pada diriku bahwa engkau adalah Ayahku.
Sejak dulu aku selalu
menanti saat-saatku bersamamu, dihadapanmu, lalu aku membaca ayat-ayat suci
Tuhanku sebaik mungkin, karena aku tahu disaat itu engkau adalah guru di
hadapanku.
Aku tahu, suatu saat nanti
apa yang kudapat darimu adalah buah pahala bagi dirimu, diriku dan bagi semua
orang yang kelak akan menerima sepercik cahaya yang bermuara dari pancaranmu,
termasuk putera-puteriku kelak dan kemudian seterusnya.
Ayah, aku ataupun dirimu
tidak harus mengakui bahwa aku anakmu atau kau adalah ayahku. Cukup Tuhan yang
tahu dan aku yakin itu.
Semua itu sudah terakui
dengan sendiri dalam kitab-kitab kitab para pendahulu, bahwa kau adalah Ayahku,
Ayah yang menyinarkan cahaya batinku.
Bagiku sudah cukup, meskipun
sampai saat ini aku tetap bukanlah anakmu, jauh darimu dan takkan pernah merasakan
kebersamaan itu lagi, karena memang sejatinya aku bukan seperti anak-anakmu yang bisa selalu disampingmu.
Bagai burung pipit terbang tinggi tanpa tahu arah singgahnya, biarlah pepohonan nan rindang, di
hutan yang sepi aku akan memulai kehidupan baru, membuat sarang yang nyaman,
lalu mewujudkan impian-impian yang hampir tak mungkin kudapatkan seindah di
waktu aku bersamamu.
Tapi aku yakin, dirimu telah
ada di hatiku, dirimu setiap waktu mengingatkan semua hal yang seharusnya
kujalani di dunia ini, seruanmu, semangatmu, tuntunanmu dan do’a-do’a darimu
selalu kau panjatkan untukku.
Ayah, aku selalu berusaha
menggapai semua yang telah kau raih, semua yang pernah kau ajarkan untukku,
semua yang telah kau tampakkan di depan mataku dan semua yang telah kau berikan
kepada semua orang, meski masih sedikit yang bisa kulakukan.
Aku
takkan mampu menjadi seperti dirimu, apalagi kau adalah orang yang mulia yang
pantas untuk dimuliakan, orang yang selalu dipuja sebagai tokoh yang menjadi
panutan bagi siapapun, orang yang jauh dari kehinaan.
Diriku
yang bukanlah siapa-siapa, hanya seongok kembang yang hampir layu diatas hamparan
lumpur yang kering, yang tak punya derajat tinggi dan bukanlah cerminan
yang layak untuk mengkaca diri.
Ayah, dalam surat ini aku
hanya bisa mengucapkan untaian rasa terimakasih, sebagai balasan yang tak
setimpal yang bisa kuberikan, karena aku tak sanggup membayarmu meskipun dunia
dalam genggamanku.
Ayah, andai kau baca surat
ini, aku berharap semoga kau tahu, bahwa di sisa kehidupan ini, kebaktianku
adalah harapan yang tak mungkin ada kecuali hanya sekedar berharap, semoga aku, kau akui sebagai anakmu yang selalu berbakti kepadamu.
Ayah, kebaikanku tak mungkin bisa kujadikan sebagai penghapusan dosaku kepadamu, maka maafkanlah aku.
Bukalah
sekali lagi kesempatan bagiku untuk mendengar dan tahu bahwa kau telah
menghapusnya, lalu kau ganti dengan kelegaan hatimu yang mau tersenyum untukku,
karena hanya kaulah yang menggelorakan semangatku, untuk mau menggapai tujuan
hidupku.
Ayah, aku tahu Tuhan juga
akan tersenyum jika melihatmu tersenyum untukku.
Terimakasih, Ayah.HUKUMKU TERJAMAH NODA HITAM
Duh!
Sudah malam begini belum ada tukang ronda malam yang datang ke pos ronda.
Padahal sudah jam 22.00 wib. Waktu sudah kelewat batas. Semua belum juga pada
datang dan aku adalah orang yang pertama kali duduk di pos jaga. Andai Ayah
tidak menyuruhku menggantikannya, mungkin aku sudah tidur seperti biasanya,
atau paling tidak kunyalakan komputerku buat tugas kuliah terus kemudian nonton
film-film baru di akhir tahun ini.
Kunyalakan
TV 12 in di tempat ronda, kupencet-pencet remot TV sambil mangamati tayangan
demi tayangan TV di malam itu. Tapi entahlah, tak ada satu pun tayangan menarik
yang bisa ku tonton. Terpaksa kumatikan. Lalu, bengong sendirian.
Aku
tak kehabisan akal. Kuambil Hp, kubuka aplikasi pemutar musik lalu kunyalakan
lagu Mulan Jameela, makhluk Tuhan paling seksi. Aku menjadi sangat terhibur,
meski cuma manggut-manggut sambil goyangkan kaki. Lagian, Mulan Jameela memang
satu-satunya penyanyi wanita yang bisa menghipnotis telingaku untuk
mendengarkan musik.
Lama
sekali aku menunggu datangnya orang-orang yang dapat jatah giliran jaga.
Maklum, ini jaga malam pertamaku bersama warga kampung. Memang sudah saatnya aku
harus mengenal warga sekelilingku agar aku bisa berbaur dengan
tetangga-tetangga baruku.
Sudah
seminggu aku menempati rumah tua yang dibeli Ayah dengan harga yang murah.
Rumah tua itu dibangun sekitar tahun 1926 sebelum negara indonesia merdeka.
Rumahnya berukuran kecil dan berhalaman luas dan temboknya sangat tebal.
Bentuknya persegi panjang. Didalamnya terdapat tiga kamar, depan untuk aku,
tengah untuk ayah dan ibu dan belang untuk kakakku, Firman.
Pertama
kali aku masuk rumah, hawanya bikin bulu kudukku merinding seperti saat aku
masuk ke rumah hantu. Semua barang-barang rumah sudah tertata rapi, meja kursi
tamu, foto-foto keluarga di dinding, lemari-lemari, rak buku, dapur dan
sebagainya. Ayahku sudah mempersiapkan semua sebelum memboyong semua anggota
keluarga.
Tiga
hari aku disana, aku nggak begitu kerasan. Biasa, menempati tempat baru memang
butuh beradaptasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Kadang aku
masih merasa ngeri melihat bangunannya yang sudah tua seperti saat berada di
Lawang Sewu Semarang.
Jujur,
aku pernah mendengar anak bayi nangis dibelakang rumah. Suaranya terdengar
jelas ditelingaku. Anehnya, Kak Firman tak mendengarnya. Pernah juga, di malam
hari saat semuanya sudah tidur, aku keluar dari kamar. Kubuka pintu depan
rumahku untuk sekedar menghirup angin malam. Seketika itu juga mataku melongo
melihat sosok seorang wanita berbaju putih yang panjangnya sampai menutup kaki
di depan gerbang rumahku. Wajahnya pucat, berambut hitam panjang dan matanya berwarna.
Aku kaget bercampur takut, merinding saat tiba-tiba wanita itu menghilang
begitu saja. Dia seperti lenyap diterpa angin malam. “lap!” Aku yakin, wanita
itu penampakan makhluk halus dari alam lain.
“Hey!
Bengong aja!”
Dasar!
Aku sangat kaget dengan kedatangan Kak Firman. Dia memang sengaja iseng mengagetiku
melihatku bengong. Dikiranya aku melamun, padahal aku sedang menikmati
lagu-lagu Mulan Jameela.
“Kakak
kok kesini? Belum tidur?”
“Ayah
tadi dari kejauhan lihat kamu sendirian di pos jaga, makanya nyuruh aku buat
nemenin kamu...” kata Kak Firman sambil membawa kopi yang sudah diraciknya di
termos kecilku.
“Emang
Kakak nggak kerja besok?”
“Besok
hari minggu kan... Libur kali...” ketusnya.
Aku
baru ingat kalau malam itu malam minggu. Kebetulan, daripada sendirian. Syukur
Kak Firman mau menemaniku. Suasananya sedikit cair dengan guyonan-guyonan yang
biasa kulontarkan seperti biasanya.
Tiba-tiba
mataku sedikit penasaran dengan sosok laki-laki yang sedang berjalan menuju pos
kampling. Badannya kekar, berkumis, berambut panjang, memakai gelang karet
berwarna hitam dan berkalung koin kuno berwarna kekemasan. Dia memakai baju
loreng berwarna merah putih. Celananya sobek, tepat di tengkuk lututnya. Dan
yang paling menakutkan, tangannya membawa senjata tajam sejenis parang yang
berukuran panjang.
“Kak,
kak, kak, itu siapa?” tanyaku.
“Kok
kayak preman gitu ya?” kakakku keheranan.
Aku
dan Kak Firman hanya terdiam sambil menatap dalam-dalam laki-laki paruh baya
itu. Saat dia semakin dekat jantungku berdetak kencang seperti orang ketakutan.
Aku dan Kak Firman saling memandang sambil mengerutkan wajah. Terbesit
pikiranku untuk langsung lari ke rumah.
“Maaf,
permisi mas, saya Pak Karto, parang saya tak kasih diatas saja ya mas biar
aman...”
“Hufh...”
Aku
menghela nafas panjang. Penampilan Pak Harto membuatku sedikit ketakutan. Dia memang
pantas dikatakan sebagai seorang preman. Jika iya, sebenarnya dia bukan seperti
preman-preman lainnya. Dia adalah seorang preman yang baik hati. Ramah saat
bertuturkata.
Dengan
kedatangan Pak Harto, suasana malam itu agak sedikit tenang. Dia sangat
bersemangat untuk bercerita tentang kehidupannya. Dia mengaku pernah beberapa
kali masuk ke penjara karena bermasalah dengan seseorang. Sebenarnya dia tidak
pernah bermaksud untuk berbuat jahat kepada siapapun. Kerena mendesak, dia
akhirnya melakukan sesuatu yang semestinya tidak harus dilakukannya, seperti
membacok orang, merusak rumah orang dan perbuatan jahat lainnya. Dia melakukan
tindakan itu karena merasa dikecewakn oleh rekan bisnis maupun tetangganya yang
selalu menunda pembayaran hutang darinya.
Dalam
penjara pun, dia masih tetap merasakan keganjilan. Menurutnya, penegak hukum di
kotanya sama saja. Karena seringkali masuk ke penjara akhirnya dia tahu apa
yang terjadi sebenarnya, bahwa penegak hukum pun tidak selayaknya menghakimi
orang dengan berpedoman keadilan.
“Rusak,
Mas, di penjara sama saja, polisinya juga preman, begitu juga dengan hakimnya,
siapa yang kuat bayar mahal maka dia yang menang”
Aku
melongo dan sedikit berpikir lebih dalam. Antara percaya dan tidak. Seorang juru
hukum dan penegak keadilan telah keluar dari fungsinya. Akan jadi apa negara
ini jika dalam menegakkan keadilan saja tidak terselenggara sebagaimana
mestinya. Belum lagi jika mendengar korupsi para wakil rakyat. Apa jadinya
negeri ini?
KETIKA SANG KIAI JADI ARTIS
Mendengar
kabar kememangan film Sang Kiai dalam Festival Film Indonesia 2013, adalah
kabar gembira, terutama bagi warga NU termasuk saya. Alasan kegembiraan, bagi
saya bukan karena saya adalah warga NU atau yang ditokohkan itu adalah tokoh
Nu. Namun, karena saya mendapat pelajaran dari perjuangan Hasyim Asy’ari untuk
bangsa.
Seorang
kiai dalam kiprahnya, akan membawa dampak yang besar pengaruhnya bagi
masyarakat. Banyak masyarakat yang tunduk dan patuh pada perintah seorang kiai.
Kita bisa mengamati bersama dalam film Sang Kiai ataupun Sang Pencerah, yang
kedua sosok kiainya menjadi tokoh panutan masyarakat seperti keyataan yang
telah terjadi.
Hasyim
Asy’ari merupakan tokoh sentral pemeluk agama islam dijamannya. Berkat
pengaruhnya, Indonesia bisa meraih kemerdekaan. Meskipun pada awalnya, dia hanya
menentang tentara Jepang yang telah memaksa rakyat indonesia untuk melakukan
Sekerei (menghormat kepada matahari). Dalam alur ini secara harfiah Hasyim
Asy’ari bisa dikatakan tetap bersikukuh dengan agamanya, bukan karena dia
membela negaranya, namun pada akhirnya seluruh pengikutnya mengakui sikap
nasionalisme seorang Hasyim Asy’ari untuk bangsa, setelah sebelumnya tertangkap
oleh tentara jepang.
Ahmad
Dahlan dalam film Sang Pencerah juga bisa dikatakan sangat berpengaruh dalam
lingkungannya. Walaupun sudah dicap sebagai kiai kafir yang menyebarkan aliran
sesat, dia tetap bertahan dengan apa yang sudah menjadi ajaran dan pola
pikirnya. Dia tetap bersikukuh dengan pendapat dan bisa mempengaruhi masyarakat
melalui dukungan keluarga dan lima santrinya. Hingga akhirnya, terbentuklah organisasi
keagamaan bernama Muhammadiyah yang sampai saat ini masih eksis membina
umatnya.
Jika
kita cermati, kedua film itu sama-sama menampilkan perjuangan seorang kiai
dalam membina umat dari kekesesatan berideologi dan berkeyakinan. Hasyim
Asy’ari menentang Sekerei yang sudah dinilainya telah melanggar aturan umat
islam. Sedangkan Ahmad Dahlan terkesan hanya sebagai seorang pionir yang
menggagas pemikiran, bahwa islam itu mudah dan membebaskan, bukan agama yang
menyulitkan seperti yang dianut di jawa kuno saat itu. Hanya saja, dalam
menampilkan jiwa nasionalisme untuk bangsa, kisah cerita Hasyim Asy’ari dalam
film tampak lebih kentara dibanding Ahmad Dahlan yang cenderung dikatakan
sebagai pembaharu dan
pendobrak tradisi.
Hasyim
Asy’ari yang sudah dikenal sebagai pendiri NU dan dan Ahmad Dahlan, pendiri
Muhammadiyah, keduanya adalah tokoh sentral yang layak mendapatkan apresiasi
positif dari seluruh warga indonesia, lebih-lebih dari kalangannya sendiri.
Kiprah perjuangan seorang kiai dalam kedua filmnya sangat baik untuk ditonton
karena realitasnya memang sudah diakui oleh masyarakat. Sampai-sampai untuk kedepan
Sunil Santami, produser film Sang Kiai, masih mencari tokoh nasional yang akan
diangkat kembali ke layar lebar besutannya. Namun, akan sangat riskan ketika
tokoh yang dijadikan aktor utamanya adalah tokoh berpengaruh yang jauh dari
konteks semisal nasionalisme.
Dalam
menonton film, peminat televisi harus lebih cermat dalam menghayati alur cerita
dan profil-profil tokohnya. Paling tidak dia harus bisa mengambil esensi yang
bisa dijadikannya sebagai pelajaran. Karena, kebaikan bisa datang dari siapa
saja, bukan hanya dari profil seorang kiai. Esensi dari kebaikan yang kita
dapat dari menonton film adalah sesuatu yang bisa menjadikan seseorang menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
Kalau
dalam menampilkan film hanya karena alasan untuk yang bisa membangkitkan jiwa
nasionalisme, saya kira tidak harus dengan menampil seorang tokoh nasional,
apalagi pejuang yang sudah terkenal sebagai tokoh islam yang sangat berpengaruh.
Paling tidak alur ceritanya bisa menggugah hati nurani seseorang untuk semangat
kebangsaan tanpa menimbulkan perpecahan dan kesenjangan sosial baik secara
individu maupun golongan.
Melihat
fenomena ini, para produser dalam industri perfilman harus lebih hati-hati
dalam mengangkat tema cerita sebuah film. Baik film Sang Kiai maupun Sang
Pencerah berpotensi menimbulkan kontraversi bagi masyarakat luas. Kenapa? Kedua
tokoh itu punya umat yang berbeda pendapat mengenai ajarannya. Hasyim Asy’ari
tokoh NU yang mayoritas pengikutnya melakukan tahlil, dziba’an, mauludan,
nariyahan dan sejenisnya. Sedangkan Ahmad Dahlan adalah tokoh Muhammadiyah yang
para pengikutnya melarang untuk melakukan amaliyah yang dilakukan oleh NU.
Dari
dua film ini saja, pernah diberitakan tentang anggapan bahwa film Sang Kyai itu
meniru film Sang Pencerah, meskipun sudah ditepis oleh sutradaranya, Rako
Pujiarto. Harapan saya semoga persetruan ini tidak menimbulkan kesenjangan
sosial baik dari kalangan NU maupun Muhammadiyah.
Kiprah
seorang tokoh besar pemberitaannya akan lebih mudah dikenal oleh masyarakat.
Dia akan menjadi pusat perhatian dengan apa yang sudah dilakukannya.
Lebih-lebih jika dia memang seorang pejuang tanah air, tentu merupakan hal yang
menarik dan cukup layak untuk diangkat menjadi sebuah film, sesuai dengan biografi
perjalanan hidupnya mulai dari lahir hingga akhir hayatnya. Maka hal ini perlu
diperhatikan, khususnya bagi para produser dunia perfilman yang melibatkan
orang yang sudah dikenal menjadi tokoh utamanya.
Sebuah
film bisa dikatakan baik jika penayangannya tidak menimbulkan hal-hal yang saya
khawatirkan seperti uraian diatas, kendati telah menjadi film terbaik di
Festival Film Indonesia atau bahkan dikenal oleh penduduk dunia sekalipun.
Posted by Unknown
TELANJANGLAH UNTUKKU
Kini aku telah telanjang
Jangan Kau tunda lagi
Jangan kau buat nafsuku semakin bergejolak
Karena ingin segera Kau sentuh
Cumbuilah aku...
Kini aku berdiri tanpa sehelai kain
Jangan kau tunda lagi
Jangan kau biarkan aku malu
Karena selalu Kau pandang
Cumbuilah aku...
Kini Kau tahu mau ku
Jangan biarkan diri ini liar
Jangan biarkan yang lain menjamahku
Karena aku tahu Kau murka
Cumbuilah aku...
Kini Kau ada disisiku
Janganlah pergi jauh dari pelukanku
Jangan biarkan jiwa ini haus kasih-Mu lagi
Karena aku ingin selalu bercumbu dengan-Mu
Telanjanglah...
Biarkan aku mencumbumu...
Kini aku ingin segera Kau jamah
Jangan hanya dalam pikiranku saja
Jangan hanya diam, tumpahkanlah semua
Karena kenikmatan-Mu ingin ku rasa
Cumbuilah aku...
Cumbuilah aku...
Cumbuilah aku...
Telanjangilah aku, jangan hanya sekali
Aku ingin melihat-Mu, telanjang
Aku sangat ingin Kau cumbui
Selamanya...
Jangan Kau tunda lagi
Jangan kau buat nafsuku semakin bergejolak
Karena ingin segera Kau sentuh
Cumbuilah aku...
Kini aku berdiri tanpa sehelai kain
Jangan kau tunda lagi
Jangan kau biarkan aku malu
Karena selalu Kau pandang
Cumbuilah aku...
Kini Kau tahu mau ku
Jangan biarkan diri ini liar
Jangan biarkan yang lain menjamahku
Karena aku tahu Kau murka
Cumbuilah aku...
Kini Kau ada disisiku
Janganlah pergi jauh dari pelukanku
Jangan biarkan jiwa ini haus kasih-Mu lagi
Karena aku ingin selalu bercumbu dengan-Mu
Telanjanglah...
Biarkan aku mencumbumu...
Kini aku ingin segera Kau jamah
Jangan hanya dalam pikiranku saja
Jangan hanya diam, tumpahkanlah semua
Karena kenikmatan-Mu ingin ku rasa
Cumbuilah aku...
Cumbuilah aku...
Cumbuilah aku...
Telanjangilah aku, jangan hanya sekali
Aku ingin melihat-Mu, telanjang
Aku sangat ingin Kau cumbui
Selamanya...
MENGAWAL NIAT HIDUP
Waktu terus berlalu.
Dalam melewatinya tentu banyak sekali kejadian-kejadian yang sudah dirasakan.
Kejadian yang membuat kita marah, sedih, senang, bahagia, sakit hati dan lain
sebagainya. Yah, beginilah hidup. Hidup memang harus bervariasi. Masa terpuruk
tidak selamanya akan terus menghinggapi diri kita, dan sebaliknya, tidak
selamanya orang akan dihinggapi rasa senang selama menjalani hidupnya.
Dalam melakukan
aktivitas sehari-hari islam telah mengajarkan cara agar semua yang telah
dilakukan umatnya berbuah menjadi suatu pahala. Salah satu ajaran yang
diajarkan agama islam adalah sahnya suatu amal tergantung dengan niat, seperti
yang sudah dikatakan oleh sebuah hadist riwayat sahabat Umar bin Khatab. Sedang
letak niat itu dikerjakan ketika mengawali sebuah pekerjaan, semisal dalam
salat, niat salat dikerjakan ketika takbiratul ihram, begitu juga pekerjaan
yang lainnya.
Dengan niat itu kita
akan mendapatkan apa yang akan kita dapatkan. Keterangan selanjutnya dalam
hadist riwayat Umar bin Khatab diatas dijelaskan, barang siapa hijrah karena Allah
dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa
hijrahnya karena dunia atau wanita, maka dia akan mendapatkan sesuai dengan apa
yang dihijahinya. Sekilas memang mudah, tapi beda lagi dengan prakteknya.
Setiap akan melakukan suatu pekerjaan saat itu pula niat seseorang akan diuji.
Jika lolos, tentu ia akan mendapatkan apa yang sudah menjadi niatnya.
Agama islam telah
mengajarkan bahwa sesungguhnya Allah mencatat amal-amal baik dan buruk dan
kemudian menampakkan semuanya (kelak), barang siapa niat melakukan sebuah amal
kebaikan namun tidak melakukannya, maka disisi Allah menjadi amal baik yang
sempurna, dan apabila melakukannya maka amal baik itu disisi Allah akan menjadi
sepuluh amal kebaikan dan bahkan akan dilipatgandakan lagi menjadi tujuh puluh
kebaikan hingga lebih dari itu. Sebaliknya, barang siapa niat melakukan amal
keburukan, kemudian tidak jadi melakukannya, maka akan dicatat sebagai satu
kebaikan, dan barang siapa melakukan amal buruk itu maka hanya akan menjadi
satu keburukan disisi Allah.
Walhasil, bawalah niat
baik anda dengan sebaik-baiknya agar bisa menjadi sebuah amal kebaikan disisi
Allah, meskipun tidak ada seorang pun yang tahu tentang maksud anda melakukan
suatu pekerjaan atau amal baik yang anda yakini. Karena, Allah memandang
seseorang dalam sisi batiniyahnya, bukan dari sisi lahiriyah seseorang.
HAK TUHAN ATAS AMAL
Dalam acara pengajian, ada seorang Mudin yang tiba-tiba mendadak bertanya kepada seorang Da'i yang kebetulan diundang untuk mengisi acara pengajian di sebuah masjid. Pas waktu itu Si Mudin sedang mengisi acara sambutan atas nama Takmir masjid setempat. Di depan para jama'ah yang kebanyakan ibu-ibu itu dia bertanya kepada Si Da'i dengan nada sedikit meninggi.
"Mas Da'i, gini Mas, katanya orang salat kalau tidak paham arti dari lafadz-lafadz yang dibaca saat salat katanya tidak sah salatnya, Mas? Lha kalau kayak Mas Da'i, ini apa tahu kalau salatnya itu diterima, Mas? Masak kog kayak gitu sih, Mas? Lha, itu pertanyaan saya untuk mengawali acara pengajian pada malam ini, terimakasih, wassalamu'alaikum."
Suasana sempat hening sejenak selepas Si Mudin selesai menyampaikan sambutan. Si Da'i tersenyum, memandangi Si Mudin yang langsung ngasih mix kepadanya. Kulihat dia sempat sedikit menghela nafas, sebelum memulai ceramah. Mungkin dia merasa sedikit tersinggung mendengar ungkapan Si Mudin yang kurang enak didengarnya. Tanpa panjang lebar, sebelum salam Si Da'i langsung menimpali perkataannya Si Mudin.
"Terimakasih Pak Mudin, pertanyaannya anda sangat bagus, tapi saya belum pasang kuda-kuda ini Pak, kog langsung diserang aja." Kata Si Da'i sambil tertawa. Dia mencoba untuk mencairkan suasana yang hawanya terasa sedikit panas. Para Ibu-ibu langsung tertawa mendengar perkataannya.
Si Da'i menanggapi apa yang sudah dikatakan oleh Si Mudin. Dia merasa pemahaman Si Mudin mengenai statemen yang mengatakan bahwa salat seseorang tidak akan diterima jika tidak mengerti arti lafadz-lafadz yang dibaca saat salat merupakan kepahaman yang kurang tepat. Karena, orang tidak akan tahu, diterima atau tidaknya amal-amal ibadah yang dilakukannya selama ini. "Termasuk, Saya." Tambah Si Da'i.
Manusia hanyalah ciptaan yang harus tunduk dan patus atas semua yang sudah diperintahkan oleh Tuhannya. Ibarat seorang budak dimata juragannya dan ibarat karyawan dimata bos-nya. Jika seorang pembantu atau karyawan diperintah untuk oleh sang juragan mengerjakan semua pekerjaan rumah, seperti nyuci baju, piring, ngepel dan sebagainya, makan dia-pun harus tunduk dan patuh untuk melaksanakan perintah-perintah itu. Kalau tidak, maka dia akan dikeluarkan dari pekerjaannya, dan kemudian akan terlunta-lunta karena tidak punya pekerjaan lagi untuk menghasilkan uang.
Begitupun nasib manusia dimata Tuhan. Dalam menjalani hidupnya, dia wajib untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Bukan berarti Tuhan butuh sesuatu dari apa yang telah dilakukannya demi Tuhan. Justru, yang membutuhkan Tuhan adalah manusianya sendiri. Karena, manusia dalam menjalani hidupnya harus bisa mencari bekal untuk meraih kebahagian abadi. Kalau manusia tidak pernah melakukan amal kebaikan atau amal ibadah lainnya, mungkin bisa jadi dia tidak akan mendapatkan apa-apa selama hidupnya, bahkan bisa jadi dia akan mendapatkan balasan yang setimpal, sama seperti orang-orang yang juga tidak melakukan amal ibadah selama hidup di dunia.
"Bukan Tuhan yang butuh amal kita, tapi kita yang butuh Tuhan!" Kata Si Da'i dengan nada sedikit keras.
Namun, mengenai tentang diterimanya amal, Si Da'i menganggap hal itu bukan hak manusia untuk dijadikan sebagai tuntutan bagi Tuhannya. Bukan berarti amal-amal baik yang sudah dilakukan, manusia bisa menggugat Tuhan agar mau menerima untuk dijadikan sebagai pahala baginya. Pemahaman inilah yang sangat keliru.
Memang, manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi ciptaan yang baik, bahkan makhluk paling mulia dimata Tuhan. Bukti manusia bisa dikatakan sebagai makhluk mulia telah dibuktikan secara langsung oleh Tuhan dengan memilihnya menjadi khalifah di bumi ini. Malaikat yang dikenal sebagai makhluk yang paling ta'at masih bukan termasuk kategori makhluk yang dipilih oleh untuk menjadi seorang khalifah alam. Maka, agar manusia menjadi baik dimata Tuhan, paling tidak dia menyadari diri bahwa selama menjalani hidupnya dia harus menjalani perintah-perintah Tuhan sesuai dengan kemampuannya. Karena Tuhan tidak menuntut hambanya untuk menjalani sesuatu yang tidak mampu dilakukannya.
"Makanya, ada perintah bagi kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, jika kita melihat tetangga kita lebih rajin dalam beribadah ya kita tidak boleh kalah, sedikit-demi sedikit kita perbaiki ibadah kita yang masih kurang, kalau bisanya cuma salat subuh ya kita pertahankan salat subuhnya, tapi jangan berhenti disitu, perbaiki lagi, kita tambahi dengan salat dhuhur dan begitu seterusnya, inilah salah satu proses yang harus dijalani dalam rangka untuk menjadi makhluk yang baik dimata Tuhan" Lanjut Si Da'i.
Si Mudin menganggukkan kepala. Ekspresi wajanya seperti orang yang sedang berpikir dalam-dalam. Sesekali dia melirik Si Da'i yang berlahan mengakhiri ceramahnya selama 30 menit. Si Da'i pun lega bisa menyampaikan isi ceramahnya dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain. Terakhir dalam ceramahnya, dia berdoa. semoga semua warga yang datang dalam majelis taklim malam itu termasuk orang-orang yang amalnnya diterima menjadi pahala bagi mereka, sebagai bekal menuju alam abadi kelak. Wallahua'lam.
"Terimakasih Pak Mudin, pertanyaannya anda sangat bagus, tapi saya belum pasang kuda-kuda ini Pak, kog langsung diserang aja." Kata Si Da'i sambil tertawa. Dia mencoba untuk mencairkan suasana yang hawanya terasa sedikit panas. Para Ibu-ibu langsung tertawa mendengar perkataannya.
Si Da'i menanggapi apa yang sudah dikatakan oleh Si Mudin. Dia merasa pemahaman Si Mudin mengenai statemen yang mengatakan bahwa salat seseorang tidak akan diterima jika tidak mengerti arti lafadz-lafadz yang dibaca saat salat merupakan kepahaman yang kurang tepat. Karena, orang tidak akan tahu, diterima atau tidaknya amal-amal ibadah yang dilakukannya selama ini. "Termasuk, Saya." Tambah Si Da'i.
Manusia hanyalah ciptaan yang harus tunduk dan patus atas semua yang sudah diperintahkan oleh Tuhannya. Ibarat seorang budak dimata juragannya dan ibarat karyawan dimata bos-nya. Jika seorang pembantu atau karyawan diperintah untuk oleh sang juragan mengerjakan semua pekerjaan rumah, seperti nyuci baju, piring, ngepel dan sebagainya, makan dia-pun harus tunduk dan patuh untuk melaksanakan perintah-perintah itu. Kalau tidak, maka dia akan dikeluarkan dari pekerjaannya, dan kemudian akan terlunta-lunta karena tidak punya pekerjaan lagi untuk menghasilkan uang.
Begitupun nasib manusia dimata Tuhan. Dalam menjalani hidupnya, dia wajib untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Bukan berarti Tuhan butuh sesuatu dari apa yang telah dilakukannya demi Tuhan. Justru, yang membutuhkan Tuhan adalah manusianya sendiri. Karena, manusia dalam menjalani hidupnya harus bisa mencari bekal untuk meraih kebahagian abadi. Kalau manusia tidak pernah melakukan amal kebaikan atau amal ibadah lainnya, mungkin bisa jadi dia tidak akan mendapatkan apa-apa selama hidupnya, bahkan bisa jadi dia akan mendapatkan balasan yang setimpal, sama seperti orang-orang yang juga tidak melakukan amal ibadah selama hidup di dunia.
"Bukan Tuhan yang butuh amal kita, tapi kita yang butuh Tuhan!" Kata Si Da'i dengan nada sedikit keras.
Namun, mengenai tentang diterimanya amal, Si Da'i menganggap hal itu bukan hak manusia untuk dijadikan sebagai tuntutan bagi Tuhannya. Bukan berarti amal-amal baik yang sudah dilakukan, manusia bisa menggugat Tuhan agar mau menerima untuk dijadikan sebagai pahala baginya. Pemahaman inilah yang sangat keliru.
Memang, manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi ciptaan yang baik, bahkan makhluk paling mulia dimata Tuhan. Bukti manusia bisa dikatakan sebagai makhluk mulia telah dibuktikan secara langsung oleh Tuhan dengan memilihnya menjadi khalifah di bumi ini. Malaikat yang dikenal sebagai makhluk yang paling ta'at masih bukan termasuk kategori makhluk yang dipilih oleh untuk menjadi seorang khalifah alam. Maka, agar manusia menjadi baik dimata Tuhan, paling tidak dia menyadari diri bahwa selama menjalani hidupnya dia harus menjalani perintah-perintah Tuhan sesuai dengan kemampuannya. Karena Tuhan tidak menuntut hambanya untuk menjalani sesuatu yang tidak mampu dilakukannya.
"Makanya, ada perintah bagi kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, jika kita melihat tetangga kita lebih rajin dalam beribadah ya kita tidak boleh kalah, sedikit-demi sedikit kita perbaiki ibadah kita yang masih kurang, kalau bisanya cuma salat subuh ya kita pertahankan salat subuhnya, tapi jangan berhenti disitu, perbaiki lagi, kita tambahi dengan salat dhuhur dan begitu seterusnya, inilah salah satu proses yang harus dijalani dalam rangka untuk menjadi makhluk yang baik dimata Tuhan" Lanjut Si Da'i.
Si Mudin menganggukkan kepala. Ekspresi wajanya seperti orang yang sedang berpikir dalam-dalam. Sesekali dia melirik Si Da'i yang berlahan mengakhiri ceramahnya selama 30 menit. Si Da'i pun lega bisa menyampaikan isi ceramahnya dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain. Terakhir dalam ceramahnya, dia berdoa. semoga semua warga yang datang dalam majelis taklim malam itu termasuk orang-orang yang amalnnya diterima menjadi pahala bagi mereka, sebagai bekal menuju alam abadi kelak. Wallahua'lam.
BELAJAR DARI KESALAHAN
Siang itu, saya mendapat sms dari seseorang yang bilang bahwa dirinya berharap untuk invite P
in BBM-nya. Dalam sms itu tertera pin BBM 29EAFE2A. Setelah saya cek ternyata BBM atas nama H. Riyanti yang mengaku Distributor elektronik. Dia menawarkan beberapa produk ke saya dengan harga yang murah dan diskon yang lumayan menggiurkan.
Malamnya, saya coba menghubungi dia. Ternyata, enak diajak komunikasi. Karena saya merasa nyambung dengannya, akhirnya saya bilang ke dia kalau lebih baik saya datang ke rumahnya agar semua jelas. Bahkan saya menganggap dia bisa jadi rekan bisnis saya yang baik. Ketemu, klarifikasi lalu setelah dijelaskan semua akan menjadi jelas.
Paginya, orang yang mengatasnamakan diri sebagai H. Riyanti itu masih kembali menawarkan produk dan memperbolehkan saya untuk promosi produknya ke teman-teman BBM saya. Karena saya yakin, akhirnya apa yang dia kirimkan, saya sebar ke teman-teman. Sempat juga ada yang tertarik dan bertanya-tanya. Setiap ada pertanyaan dari teman saya yang menyangkut tentang produk yang ditawarkan orang itu saya langsung menanyakannya. Anehnya, dia menjawab dengan baik dan bahkan tawarannya semakin menggiurkan. Saya semakin penasaran dan curiga dengan orang itu. Akhirnya, berkat saran Faris, salah satu rekan kerja saya di Majalah, saya langsung mengecek keberadaan alamat orang itu yang lokasinya di Jl. Cekokan No.135 Kediri.
Sesampai disana saya langsung masuk ke rumah sesuai alamat. Rumahnya sepi tidak ada oang. Padahal, pintu terbuka dan sebelah ruang tamu ada tempat semacam ruangan kantor yang sudah siap untuk menerima tamu. Rumahnya sangat bagus, berlantai satu, dan sepertinya pemiliknya berstatus orang yang kaya.
Saya mencoba untuk mengucapkan salam. Satu kali, dua kali bahkan sampai beberapa kali saya mengucap salam, tak ada jawaban sama sekali dari pemilik rumah. Saya mencoba mendekat, masuk ke ruang tamu sambil melihat seisi barang yang ada didalamnya. Rupanya, di ruang tamu banyak sekali tumpukan bermacam kitab kuning yang tertata rapi di dalam lemari. Selain itu, saya juga melihat foto seorang kiai diatas lemari itu, juga foto H. Riyanti bersama keluarga.
Pikir saya, mungkin saja si pemilik rumah adalah seseorang yang pernah mengenyam pendidikan di Pesantren. Tidak mungkin kitab-kitab yang berderet di lemari itu hanya sebagai hiasan saja. Dan yang saya tahu, tidak mungkin orang yang memiliki kitab kuning kalau dia tidak pernah sekolah di Pesantren. Tanpa belajar di Pesantren, jarang sekali ada orang yang bisa memahaminya. Kog paham, membacanya saja tidak akan mungkin bisa, apalagi jika tidak pernah belajar sama sekali.
Aneh, sudah lama saya menunggu, masih saja tidak ada orang yang keluar untuk menemui saya. Akhirnya saya keluar dan bertanya ke tetangga depan rumah itu.
"Ada perlu apa Mas?"tanya seorang Ibu paruh baya.
"Bu Riyantinya ada di rumah Bu?"
"Ada Mas, apa mungkin masih keluar? tadi kayaknya ada kog, Mas udah ketok pintu?"
"Sudah Bu, bahkan saya udah mengucap salam berkali-kali tapi nggak ada yang keluar."
"Sampean udah transfer uang, Mas?"
"Belum kog Bu, saya cuma mau ngecek alamatnya Bu Riyanti"
"Oh... Alhamdulillah..."
"Lho, kenapa Bu?"
"Hati-hati Mas, kemarin ada anak Malang juga kesini, katanya udah tranfer uang 500 ribu buat beli Handphone, kasihan Mas, dia ketipu, ngecek kesini tapi orang yang punya rumah tidak mau mengakui, katanya rekening yang di tranfer uang bukan milik Bu Riyanti"
"Oh... Begitu, kalau begitu terimakasih, Bu"
Saya menghela nafas, nafsu amarah saya bergejolak tapi saya mencoba untuk sabar. Pikiran saya mulai berpikiran lain dalam menilai sosok Bu Riyanti. Saya sudah merasa telah tertipu. Kembali lagi saya masuk ke rumah dan kembali mengucap salam sambil mengetok pintu lebih keras.
Tidak lama kemudian ada sosok anak muda seumuran saya keluar. Penampulannya meyakinkan, seperti orang kantoran, memakai jaz abu-abu dan celana hitam, Hanya saja, sepertinya dia belum mandi. Mukanya agak sedikit kusut dan rambutnya tidak tertata rapi. Dia juga terlihat gugup saat menemui saya.
"Ada apa, Mas?"
"Maaf, apa betul ini rumahnya Bu Riyanti, pemilik MAHKOTA ONLINE SHOP yang menjual bebagai macam elektonik?"
"Bener ini rumah Ibu saya, tapi Ibu saya tidak menjual barang elektronik tapi kosmetik"
"Loh! Lha ini BBM siapa Mas?"
"Ini pasti penipuan, Mas, sudah ada kira-kira 60 orang yang datang kesini, udah biasa terjadi Mas, kasus ini juga sudah saya laporkan ke polisi, Nama Ibu saya yang dijadikan alat untuk melakukan penipuan?"
"Lha ini poto siapa Mas?" kata saya sambil menunjukkan Suran Izin Tempat Usaha dari Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu dari Pemerintah Kota Kediri yang saya dapat dari BBM atas nama Bu Riyanti, yang telah saya copy paste.
"Lha itu Mas, itu yang saya maksud tadi"
"Ya, kalau memang sudah dilaporkan ke polisi ya Sampean sebar kasus ini ke masyarakat, biar semuanya tahu. Saya malu Mas, saya kadung promosi ke anak-anak, untung saja tidak suruh mereka menghubungi Pin BBMnya"
"Iya Mas, maaf ya Mas, saya nggak tahu"
Dengan muka yang sedikit mrengut, saya pamitan. Namun, wajah anak muda itu datar seperti tidak pernah ada masalah sama sekali. Saya berjabat tangan dengannya lalu keluar.Dan sebelum balik ke rumah, saya dipanggil sama Ibu yang berbincang-bincang lagi dengan saya sebelumnya.
"Gimana, Mas? Itu tadi anakan (Anak)-nya Mas, besok-besok lagi yang hati-hati Mas, udah banyak yang sudah tertipu"
"Iya Bu, makasih infonya..."
Hufh... Tak habis pikir, saya akan mengalami kejadian seperti ini. Mungkin ini yang pertama kali dan terakhir. Semoga saya bisa mengambil hikmah dibalik kejadian ini. Saya mengakui, mungkan saya telah ceroboh dan mudah untuk terlalu percaya kepada orang lain. Kadang, saya berpikir kenapa saya masih saja mudah dibodohi oleh orang lain.
Setiba di rumah, di BBM H. Riyanti ada pemberitahuan bahwa saya bisa menemuinya ke alamat yang ada. Sontak, saya langsung naik pitam, padahal saya baru saja datang ke rumahnya. Saya bilang ke dia bahwa dia telah menipu saya. Eh, dia malah mengejek saya dengan ikon orang yang lagi melet (Menjulurkan lidahnya). Hadeh...
in BBM-nya. Dalam sms itu tertera pin BBM 29EAFE2A. Setelah saya cek ternyata BBM atas nama H. Riyanti yang mengaku Distributor elektronik. Dia menawarkan beberapa produk ke saya dengan harga yang murah dan diskon yang lumayan menggiurkan.
Malamnya, saya coba menghubungi dia. Ternyata, enak diajak komunikasi. Karena saya merasa nyambung dengannya, akhirnya saya bilang ke dia kalau lebih baik saya datang ke rumahnya agar semua jelas. Bahkan saya menganggap dia bisa jadi rekan bisnis saya yang baik. Ketemu, klarifikasi lalu setelah dijelaskan semua akan menjadi jelas.
Paginya, orang yang mengatasnamakan diri sebagai H. Riyanti itu masih kembali menawarkan produk dan memperbolehkan saya untuk promosi produknya ke teman-teman BBM saya. Karena saya yakin, akhirnya apa yang dia kirimkan, saya sebar ke teman-teman. Sempat juga ada yang tertarik dan bertanya-tanya. Setiap ada pertanyaan dari teman saya yang menyangkut tentang produk yang ditawarkan orang itu saya langsung menanyakannya. Anehnya, dia menjawab dengan baik dan bahkan tawarannya semakin menggiurkan. Saya semakin penasaran dan curiga dengan orang itu. Akhirnya, berkat saran Faris, salah satu rekan kerja saya di Majalah, saya langsung mengecek keberadaan alamat orang itu yang lokasinya di Jl. Cekokan No.135 Kediri.
Sesampai disana saya langsung masuk ke rumah sesuai alamat. Rumahnya sepi tidak ada oang. Padahal, pintu terbuka dan sebelah ruang tamu ada tempat semacam ruangan kantor yang sudah siap untuk menerima tamu. Rumahnya sangat bagus, berlantai satu, dan sepertinya pemiliknya berstatus orang yang kaya.
Saya mencoba untuk mengucapkan salam. Satu kali, dua kali bahkan sampai beberapa kali saya mengucap salam, tak ada jawaban sama sekali dari pemilik rumah. Saya mencoba mendekat, masuk ke ruang tamu sambil melihat seisi barang yang ada didalamnya. Rupanya, di ruang tamu banyak sekali tumpukan bermacam kitab kuning yang tertata rapi di dalam lemari. Selain itu, saya juga melihat foto seorang kiai diatas lemari itu, juga foto H. Riyanti bersama keluarga.
Pikir saya, mungkin saja si pemilik rumah adalah seseorang yang pernah mengenyam pendidikan di Pesantren. Tidak mungkin kitab-kitab yang berderet di lemari itu hanya sebagai hiasan saja. Dan yang saya tahu, tidak mungkin orang yang memiliki kitab kuning kalau dia tidak pernah sekolah di Pesantren. Tanpa belajar di Pesantren, jarang sekali ada orang yang bisa memahaminya. Kog paham, membacanya saja tidak akan mungkin bisa, apalagi jika tidak pernah belajar sama sekali.
Aneh, sudah lama saya menunggu, masih saja tidak ada orang yang keluar untuk menemui saya. Akhirnya saya keluar dan bertanya ke tetangga depan rumah itu.
"Ada perlu apa Mas?"tanya seorang Ibu paruh baya.
"Bu Riyantinya ada di rumah Bu?"
"Ada Mas, apa mungkin masih keluar? tadi kayaknya ada kog, Mas udah ketok pintu?"
"Sudah Bu, bahkan saya udah mengucap salam berkali-kali tapi nggak ada yang keluar."
"Sampean udah transfer uang, Mas?"
"Belum kog Bu, saya cuma mau ngecek alamatnya Bu Riyanti"
"Oh... Alhamdulillah..."
"Lho, kenapa Bu?"
"Hati-hati Mas, kemarin ada anak Malang juga kesini, katanya udah tranfer uang 500 ribu buat beli Handphone, kasihan Mas, dia ketipu, ngecek kesini tapi orang yang punya rumah tidak mau mengakui, katanya rekening yang di tranfer uang bukan milik Bu Riyanti"
"Oh... Begitu, kalau begitu terimakasih, Bu"
Saya menghela nafas, nafsu amarah saya bergejolak tapi saya mencoba untuk sabar. Pikiran saya mulai berpikiran lain dalam menilai sosok Bu Riyanti. Saya sudah merasa telah tertipu. Kembali lagi saya masuk ke rumah dan kembali mengucap salam sambil mengetok pintu lebih keras.
Tidak lama kemudian ada sosok anak muda seumuran saya keluar. Penampulannya meyakinkan, seperti orang kantoran, memakai jaz abu-abu dan celana hitam, Hanya saja, sepertinya dia belum mandi. Mukanya agak sedikit kusut dan rambutnya tidak tertata rapi. Dia juga terlihat gugup saat menemui saya.
"Ada apa, Mas?"
"Maaf, apa betul ini rumahnya Bu Riyanti, pemilik MAHKOTA ONLINE SHOP yang menjual bebagai macam elektonik?"
"Bener ini rumah Ibu saya, tapi Ibu saya tidak menjual barang elektronik tapi kosmetik"
"Loh! Lha ini BBM siapa Mas?"
"Ini pasti penipuan, Mas, sudah ada kira-kira 60 orang yang datang kesini, udah biasa terjadi Mas, kasus ini juga sudah saya laporkan ke polisi, Nama Ibu saya yang dijadikan alat untuk melakukan penipuan?"
"Lha ini poto siapa Mas?" kata saya sambil menunjukkan Suran Izin Tempat Usaha dari Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu dari Pemerintah Kota Kediri yang saya dapat dari BBM atas nama Bu Riyanti, yang telah saya copy paste.
"Lha itu Mas, itu yang saya maksud tadi"
"Ya, kalau memang sudah dilaporkan ke polisi ya Sampean sebar kasus ini ke masyarakat, biar semuanya tahu. Saya malu Mas, saya kadung promosi ke anak-anak, untung saja tidak suruh mereka menghubungi Pin BBMnya"
"Iya Mas, maaf ya Mas, saya nggak tahu"
Dengan muka yang sedikit mrengut, saya pamitan. Namun, wajah anak muda itu datar seperti tidak pernah ada masalah sama sekali. Saya berjabat tangan dengannya lalu keluar.Dan sebelum balik ke rumah, saya dipanggil sama Ibu yang berbincang-bincang lagi dengan saya sebelumnya.
"Gimana, Mas? Itu tadi anakan (Anak)-nya Mas, besok-besok lagi yang hati-hati Mas, udah banyak yang sudah tertipu"
"Iya Bu, makasih infonya..."
Hufh... Tak habis pikir, saya akan mengalami kejadian seperti ini. Mungkin ini yang pertama kali dan terakhir. Semoga saya bisa mengambil hikmah dibalik kejadian ini. Saya mengakui, mungkan saya telah ceroboh dan mudah untuk terlalu percaya kepada orang lain. Kadang, saya berpikir kenapa saya masih saja mudah dibodohi oleh orang lain.
Setiba di rumah, di BBM H. Riyanti ada pemberitahuan bahwa saya bisa menemuinya ke alamat yang ada. Sontak, saya langsung naik pitam, padahal saya baru saja datang ke rumahnya. Saya bilang ke dia bahwa dia telah menipu saya. Eh, dia malah mengejek saya dengan ikon orang yang lagi melet (Menjulurkan lidahnya). Hadeh...
PENEBAR DAMAIKU TERNODA
"Maaf, Anda beragama apa?"
Tanya salah satu anggota Paguyuban Lintas Agama saat aku mengikuti Dialog di Gedung Serbaguna. Dengan mantap aku menjawab;"Saya muslim".
Lalu, dia menyalami saya sembari tersenyum, kemudian kami berkenalan.
"Kenalkan, saya Aslam."
"Oh ya, saya Johan."
Lalu, Johan mempersilahkanku duduk disampingnya. Dia adalah pengikut agama kristen katolik yang taat dan baik hati. Dalam pertemuan itu dia sempat mengatakan kepadaku tentang keadaan yang dialami agama islam selama ini.
"Secara detail mungkin saya tidak bisa menjelaskan tentang ISIS, tapi secara garis besar, ISIS itu berfaham radikal, salah satu aliran islam yang ekstrim dan berbahaya bagi kerukunan antar umat beragama dan masyarakat luas" jawabku.
"Islam ini ada-ada saja ya, sejak dulu hingga sekarang tetap menjadi pembicaraan menarik, banyak kasus yang sudah terjadi yang berkaitan dengan islam, termasuk kejahatan teroris dan sekarang ISIS, kenapa ini bisa terjadi ya?"
Saat Johan menanyakan tentang hal itu, aku sedikit tersinggung. Sempat saya berpikir, apa maksud Johan menanyakan hal ini? Aku hampir memahami Johan sebagai sosok yang memahami bahwa seolah-olah umat islam selalu berbuat masalah dan penebar angkara murka. Karena, kasus-kasus yang sering terekspos di media dan menjadi berita terhangat adalah kasus-kasus yang berkaitan dengan agama islam.
Aku terdiam sejenak sambil berfikir untuk menanggapi dengan baik dari apa yang sudah ditanyakan oleh Johan. Tak kusangka, dia akan mengatakan statemen yang membuatku sedikit tersudutkan. Padahal, bagiku islam tidak seburuk apa yang Johan pikirkan. Islam adalah rahmatan lil'alamin, bukan laknatan lil'alamin. Agama yang ku yakini selalu menebarkan kedamaian kepada siapapun di dunia ini.
"Johan, kita telah memiliki musuh yang telah terlokalisasi dan teridentifikasi, musuh itu bersifat rohani, dia adalah setan yang memimpin kekuatan jahatannya, dia akan selalu menggoda manusia untuk saling bermusuhan dan melakukan tindak kejahatan, bahkan dia akan selalu mencoba menjerumuskan kita agar jauh dari Tuhan, bukankah begitu?"
"Iya" jawab Johan sambil mengangguk.
"Kamu percaya dengan roh-roh jahat yang ada di sekeliling kamu? Bagiku, mungkin roh-roh jahat itulah yang saat ini juga merasuki sebagian umat agamaku, dan mungkin saja ini bisa menimpa umat agama katolik yang anda yakini, karena kita tahu roh-roh jahat itu adalah antek-anteknya setan dan bisa mengelabuhi dan memperdayai siapa saja, tak memandang baik orang islam ataupun orang katolik, ya kan?"
"Iya, roh-roh jahat memang menebarkan kejahatan bagi umat manusia, kita harus selalu waspada tentang ini, maafkan saya jika pertanyaan saya buat kamu tersinggung" tambah Johan.
Hatiku lega, Johan bisa menerima pendapat yang tak sengaja saya sampaikan untuk menanggapi pertanyaannya. Ungkapanku itu tertulis dalam khutbah pernah disampaikan oleh Dr. R. L. Hymers, Jr. di Baptist Tabernacle of Los Angeles, yang diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto, mengutip statemen Dr. J. Vernon Macgee.
Para peserta dialog mulai memadati ruangan. Pembawa acara, Moderator dan Narasumber telah siap memulai acara diatas podium. Aku dan Johan mengakhiri pembicaraan dan bersama-sama mengikuti acara yang dihadiri oleh kaum lintas agama dengan khidmat.
ISLAM ADA DI HATI JAWA
Pada waktu itu, saya ikut macopatan di daerah Semen Kediri. Disana saya bertemu dengan beberapa orang yang sedang latihan menyanyikan lagu-lagu jawa. Tidak banyak anggotanya, hanya sekitar 10 orang dengan latar belakang agama yang beda. Namun, meski berbeda mereka sangat bersemangat untuk berangkat latihan Macopatan yang diadakan selama seminggu sekali itu. Semangat mereka itu karena satu, yakni ingin bersama-sama melestarikan budaya jawa yang semakin lama semakin ditinggalkan.
Di rumah milik salah anggota yang sederhana itu mereka secara berganti
an menyanyikan syair lagu jawa jaman dahulu yang tidak semua orang tahu artinya. Yang membuat saya berkesan, setelah saya teliti ternyata syair-syair tembang Jawa yang dinyanyikan mereka adalah syair karangan para walisongo, seperti salah satunya syair dandanggulo yang dikarang oleh Sunan Kalijaga. Sayang, peminat syair-syair itu kian lama makin menghilang. Padahal, Sunan Kalijaga-lah termasuk salah satu figur Ulama yang ikut serta mempertahankan budaya.
an menyanyikan syair lagu jawa jaman dahulu yang tidak semua orang tahu artinya. Yang membuat saya berkesan, setelah saya teliti ternyata syair-syair tembang Jawa yang dinyanyikan mereka adalah syair karangan para walisongo, seperti salah satunya syair dandanggulo yang dikarang oleh Sunan Kalijaga. Sayang, peminat syair-syair itu kian lama makin menghilang. Padahal, Sunan Kalijaga-lah termasuk salah satu figur Ulama yang ikut serta mempertahankan budaya.
Islam bisa masuk di tanah jawa dengan ramah, tanpa ada pemaksaan ataupun perlawanan dari pihak penduduk di jawa tempo dulu. Salah satu cara yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga agar islam bisa diterima secara baik diantaranya adalah menyatu dengan orang-orang jawa dengan apa yang mereka sukai saat itu. Dulu, gamelan merupakan salah satu jenis musik yang tidak ada duanya di dunia ini. Hanya orang jawa yang memiliki jenis musik gamelan yang tergolong unik dan langka. Justru dengan bergamelan inilah Sunan Kalijaga menjadi figur yang tidak terlupakan. Dengan syair-syair Jawa-nya yang penuh dengan nilai-nilai ajaran islam, Sunan Kalijaga dikenang sepanjang masa oleh orang-orang jawa. Salah satu buktinya, syair-syair itu masih dipertahankan dan dijadikan sebagai budaya jawa yang terus dilestarikan hingga saat ini.
Sungguh, pelajaran dari Walisongo, khususnya Sunan Kalijaga sangat menarik untuk diteladani oleh kader-kader islam selanjutnya. Berkat langkah Sunan Kalijaga yang arif dalam berdakwah, Islam akhirnya benar-benar dicintai dengan penuh ketaatan dan keramahan oleh pengikutnya di Jawa. Syair-syair karangan para sunan telah berhasil menyatu dan menjadi salah satu budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa, yang sebelumnya sangat awam dengan ajaran islam.
SAAT AGAMA BUKAN LAGI PEDOMAN
Akhir-akhir ini, banyak pihak yang menganggap dari beberapa Rencana Undang-undang dan sebagian Undang-undang Negara yang sudah ada di Indonesia bisa dikatakan tidak sesuai dengan harapan dari pihak-pihak-pihak tertentu. Salah satu buktinya, saya lihat di status BBM salah satu kenalan saya Aguk, wartawan KOMPAS. Dia menyatakan bahwa RUU dokter ditolak oleh dokter, RUU Pilkada ditolak oleh Kepala daerah dan RUU Advokat ditolak oleh Advokat. Bahkan, dia bertanya,"Pembuat UU bisa bikin UU nggak sih? #mikir!", tanya Aguk.
Kenapa bisa terjadi demikian?
Sempat terjadi perdebatan kecil antara saya dan Aguk. Intinya, dia setuju bahwa tidak mudah membuat Undang-undang. Melihat dari latar belakang, historis pembuatan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 pun tidak mudah. Harus melibatkan beberapa elemen-elemen yang harus ikut andil dalam memutuskan keputusannya. Terlebih jika Undang-undang itu berkaitan dengan aturan agama, maka Undang-undang Negara harus mengindahkannya, baik dalam memutuskan Undang-undang yang masih dalam perencanaan maupun dalam menyikapi Undang-undang yang sudah ada.
Saat ini, ada beberapa Undang-undang yang perlu diwaspadai, yang masih diujikan kembali untuk dibahas. Salah satu contohnya Undang-undang yang mengatur tentang perkawinan lain agama dan kawin sesama jenis. Dalam sudut pandang agama (islam), keduanya sudah menjadi aturan yang seharusnya dipatuhi oleh pengikutnya untuk dihindari.
Hal ini akan menjadi polemik besar dalam tatanan Undang-undang di Indonesia dan bahkan dilingkungan masyarakatnya, jika kedua Undang-undang itu menjadi keputusan final yang disahkan. Indonesia bukan Amerika yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, dalam arti semua bisa terpatahkan dengan alasan HAM yang seolah tiada batasnya. Siapapun bisa melakukan apa yang diinginkan dengan mengatasnamakan HAM, padahal pemikiran seperti itu harus harus diluruskan kembali.
Indonesia adalah salah satu bangsa yang masih menjunjung tinggi aturan agama sebagai ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Maka, tidak semua aturan Undang-undangnya bisa diputuskan hanya berdasarkan sebuah pemikiran otak manusia yang cenderung mengalami kesalahan. Indonesia adalah Negara yang mengakui agama menjadi salah satu pedoman hidup penduduknya. Dalam konteks inilah, seharusnya para pembuat Undang-undang harus memperhatikan betul-betul dalam membuat sebuah keputusan Undang-undang agar tidak terjadi polemik besar bagi seluruh warganya.
Dari kejadian ini kita bisa menyadari ungkapan bahwa;"Kehancuran akan terjadi jika suatu perkara ditangani oleh yang bukan ahlinya", bukanlah hanya sebuah ungkapan tanpa makna. Para pembuat Undang-undang akan menjadikan sebuah nestapa besar bagi warga Indonesia jika dalam keputusannya jauh dari harapan, apalagi melanggar dari aturan agama yang sudah ada. Agama bukan lagi sebuah pedoman yang menjadi pertimbangan dalam membuat sebuah hukum Negara.
BANGKIT DARI JIWA YANG LEMAH
Menjalani hidup adalah keniscayaan. Dalam hidup kita akan melewati kejadian-kejadian yang kadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kejadian yang kadang membuat kita resah, sedih, tertawa dan bahkan sampai kejadian yang membuat diri kita menjadi sangat takut untuk menghadapinya. Karena, mau tidak mau semua kejadian secara tidak langsung pasti akan mempengaruhi jiwa kita.
"Katakan menurut kata hatimu!", kata ini mungkin sering kita dengar saat merenungkan kejadian yang sedang kita alami. Kadang kita dibingungnkan dengan sebuah pilihan yang memaksa kita untuk memilih satu diantaranya. Antara "Ya" dan "Tidak". Dua pilihan inilah yang sering membuat kita kebingungan. Apalagi, dua pilihan itu sama baiknya. Namun, menjadi pribadi yang baik adalah pilihan yang paling bijak untuk dipertahankan dalam diri kita.
Saya tertarik memahami pribadi seorang lakon dalam Film Identity Thief yang bernama, Sandy Patterson, seorang wakil direktur perusahaan di Amerika. Dia adalah seorang lelaki penyabar, penyayang dan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Dia mengalami kerugian yang sangat besar ketika bertemu dengan lawan sekaligus temannya yang bernama asli Diana, pencuri identitas Patterson yang berperawakan gemuk dan pernah masuk ke penjara dengan kasus yang sama.
Dalam ceritanya, Diana telah mengambil uang Petterson lewat ATM palsunya. Uang curiannya itu digunakan hanya untuk bersenang-senang, membeli mobil mewah, kosmetik, perhiasan, menyewa apartemen dan sebagainya. Tidak hanya itu, dia juga telah membuat Patterson kebingungan mencari Diana hingga beberapa hari di luar kota nan jauh dari keluarga, sendiri.
Perjalanan Patterson tidak berhenti disitu. Setelah bertemu, dia harus menghadapi sikap dan perilaku Diana yang aneh, pintar berbohong dan sangat sulit untuk diajak kompromi. Patterson harus kehilangan sisa uang dan mobil mewahnya. Namun, Patterson tetaplah Patterson. Dia tetap berbaik hati kepada Diana dengan cara tak membalas semua keburukan yang telah dilakukan Diana dengan tindakan yang amoral. Malah justru dia dengan setulus hati mengenalkan keluarganya, mempersilahkan menginap dan memberinya makan malam.
Dia akhir cerita film yang dibuat di tahun 2013 itu, akhirnya hati Diana luluh juga. Kebaikan yang sudah dilakukan Patterson telah membuka hatinya untuk menyadari semua kesalahannya di depan polisi. Padahal, Patterson sepertinya tidak menghendaki hal itu.
Saat itu, sebenarnya Ayah tiga anak itu mengalami sebuah dilema. Antara "Ya" dan "Tidak". Dia berpikir bahwa jika dia tidak menjebloskan Diana ke penjara, berarti dia berjiwa lemah. Ternyata, tidak seperti apa yang dia bayangkan. Keajaiban datang dari Diana sendiri yang tiba-tiba sadar untuk menebus semua tindak kejahatannya. Dan yang pasti, Patterson telah berhasil dengan keputusannya, untuk tetap menjadi pribadi yang baik meski sudah disakiti dan dirugikan oleh lawan mainnya.
LISAN AHLI NERAKA
Ada seorang sahabat berkata kepada Nabi;"Wahai Rasul, Si Fulan seorang ahli ibadah, kalau pagi berpuasa dan melakukan ibadah (qiyamullail) di malam hari. Tapi, dia sering menyakiti hati orang lain dengan lisannya. Bagaimana Wahai Rasul?" Nabi berkata;"Dia adalah ahli neraka."
Dari sekelumit cerita ini kita bisa mengambil sebuah hikmah bahwa orang yang baik tidak selalu identik dengan sebuah penampilan. Dalam mengaplikasikan kebaikan tidak harus melalui perwujudan sebuah penampilan saja, seperti memakai jubah, baju koko, peci, kerudung atau simbol-simbol lainnya.
Beribadah tidak bisa diartikan dengan hanya melakukan salat di masjid setiap saat, mengikuti pengajian setiap waktu, atau bahkan meninggalkan komunikasi dengan orang lain hanya untuk kebutuhan ibadah saja. Perilaku-perilaku seseorang diatas adalah wujud pemahaman sangat sempit dalam memahami arti ibadah. Padahal, menjaga lisan agar terjaga dari perkataan yang buruk itu juga merupakan ibadah jika diniati untuk beribadah. Karena hal ini merupakan wujud syukur kita dalam mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan berupa lisan.
Posted by Unknown
MASUK SURGA KARENA SEEKOR BURUNG
Pada dasarnya hidup ini bukanlah akhir dari segalanya. Justru, hidup ini merupakan awal dimana kita kelak akan menemukan arti dari sebuah kehidupan abadi. Kita tak pernah tahu, dengan lantaran apa Tuhan akan menerima amal kita, lalu kemudian mamasukkan kita ke surga-Nya untuk selama-lamanya.
Namun, apalah daya, ternyata kita semua memang sudah diciptakan. Tuhan telah mejadikan kita semua menjadi salah satu makhluk ciptaan yang harus menempuh takdir yang sudah tergoreskan. Lalu, haruskah kita menyesali semua yang telah terjadi? Tentu sangat tidak jika kita mengalami penyesalan itu.
Semua manusia tentu sangat berharap agar dirinya termasuk seorang hamba Tuhan yang juga ingin merasakan nikmatnya surga Tuhan. Setelah itu, dia akan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang baik. Sekuat mungkin dia akan menerima apapun yang sudah diterimanya di dunia ini. Sukacita, kesedihan, keterpurukan, kedamaian, keburukan dan apapun yang sudah dialami.
Sebagaimana teladan Sahabat Umar bin Khatab, salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw. Dia termasuk salah satu manusia pilihan yang telah membuktikan dirinya sebagai hamba Tuhan. Umat islam mana yang tidak kenal sosok sahabat Nabi yang pemberani ini.
Dalam riwayat kehidupannya, Umar adalah seorang pemimpin yang adil dan dermawan. Disamping itu dia juga termasuk orang yang zuhud, tidak ketergantungan dengan dunia. Selain dari tiga sifat umar itu tentu banyak sekali sifat, sikap dan perilaku lain yang tidak semuanya diketahui oleh banyak orang. Namun, dengan kebaikan manakah Tuhan akhirnya memasukkan dia ke dalam surga?
Pada suatu ketika, sebagai seorang pemimpin Umar berjalan-jalan mengelilingi Kota Madinah untuk mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung. Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang membawa seekor burung. Burung itu dibuat mainan oleh si anak kecil. Karena merasa iba, dengan kasih sayangnya Umar membeli burung yang dibawa anak kecil itu. Setelah burung itu didapatkan, dia lalu melepaskan burung itu agar bisa terbang kembali.
Setelah wafat, banyak ulama' yang bermimpi bertemu dengan Umar. Dalam mimpi mereka bertanya kepada Umar;"Wahai Umar, apa yang dilakukan oleh Allah terhadapmu?". Umar menjawab;"Allah telah mengasihiku dan kemudian memasukkanku kedalam surga-Nya". Mereka bertanya kembali;"Apa yang membuat Allah mengasihi dan kemudian memasukkanmu kedalam surga? Apakah karena keadilanmu? atau kedermawananmu? atau kezuhudanmu?". Umar menjawab;"Aku dimasukkan ke surga oleh Allah karena aku mengasihi seekor burung".
Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa; sebagai hamba Tuhan kita harus selalu berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kita tak pernah tahu manakah amal yang bisa menjadikan diri kita menjadi salah satu hamba Tuhan yang selamat. Kita hanya bisa berharap semoga satu diantara amal-amal baik yang sudah kita lakukan adalah amal yang diterima Tuhan, sehingga termasuk hamba Tuhan yang mendapatkan kenikmatan surga-Nya.
Namun, apalah daya, ternyata kita semua memang sudah diciptakan. Tuhan telah mejadikan kita semua menjadi salah satu makhluk ciptaan yang harus menempuh takdir yang sudah tergoreskan. Lalu, haruskah kita menyesali semua yang telah terjadi? Tentu sangat tidak jika kita mengalami penyesalan itu.
Semua manusia tentu sangat berharap agar dirinya termasuk seorang hamba Tuhan yang juga ingin merasakan nikmatnya surga Tuhan. Setelah itu, dia akan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang baik. Sekuat mungkin dia akan menerima apapun yang sudah diterimanya di dunia ini. Sukacita, kesedihan, keterpurukan, kedamaian, keburukan dan apapun yang sudah dialami.
Sebagaimana teladan Sahabat Umar bin Khatab, salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw. Dia termasuk salah satu manusia pilihan yang telah membuktikan dirinya sebagai hamba Tuhan. Umat islam mana yang tidak kenal sosok sahabat Nabi yang pemberani ini.
Dalam riwayat kehidupannya, Umar adalah seorang pemimpin yang adil dan dermawan. Disamping itu dia juga termasuk orang yang zuhud, tidak ketergantungan dengan dunia. Selain dari tiga sifat umar itu tentu banyak sekali sifat, sikap dan perilaku lain yang tidak semuanya diketahui oleh banyak orang. Namun, dengan kebaikan manakah Tuhan akhirnya memasukkan dia ke dalam surga?
Pada suatu ketika, sebagai seorang pemimpin Umar berjalan-jalan mengelilingi Kota Madinah untuk mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung. Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang membawa seekor burung. Burung itu dibuat mainan oleh si anak kecil. Karena merasa iba, dengan kasih sayangnya Umar membeli burung yang dibawa anak kecil itu. Setelah burung itu didapatkan, dia lalu melepaskan burung itu agar bisa terbang kembali.
Setelah wafat, banyak ulama' yang bermimpi bertemu dengan Umar. Dalam mimpi mereka bertanya kepada Umar;"Wahai Umar, apa yang dilakukan oleh Allah terhadapmu?". Umar menjawab;"Allah telah mengasihiku dan kemudian memasukkanku kedalam surga-Nya". Mereka bertanya kembali;"Apa yang membuat Allah mengasihi dan kemudian memasukkanmu kedalam surga? Apakah karena keadilanmu? atau kedermawananmu? atau kezuhudanmu?". Umar menjawab;"Aku dimasukkan ke surga oleh Allah karena aku mengasihi seekor burung".
Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa; sebagai hamba Tuhan kita harus selalu berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kita tak pernah tahu manakah amal yang bisa menjadikan diri kita menjadi salah satu hamba Tuhan yang selamat. Kita hanya bisa berharap semoga satu diantara amal-amal baik yang sudah kita lakukan adalah amal yang diterima Tuhan, sehingga termasuk hamba Tuhan yang mendapatkan kenikmatan surga-Nya.
NYANYIAN TUK TUHAN
Ya Allah, aku semakin
takut
menjalani kehidupanku
Bukan karena aku takut
Engkau hinakan aku dimata manusia
Tapi aku takut
jika Kau
tak memberiku kesempatan
untuk menjadi hamba-Mu
yang mulia disisi-Mu
Ya Allah, aku semakin
ciut nyali
menghadapi kerasnya hidup
Bukan karena aku tak
kuat untuk menabahkan hatiku
Tapi aku takut
jika tak
mampu lagi menjunjung tinggi nama-Mu
Posted by Unknown
MASUK SURGA KARENA SEEKOR BURUNG
Pada dasarnya hidup ini bukanlah akhir dari segalanya. Justru, hidup ini merupakan awal dimana kita kelak akan menemukan arti dari sebuah kehidupan abadi. Kita tak pernah tahu, dengan lantaran apa Tuhan akan menerima amal kita, lalu kemudian mamasukkan kita ke surga-Nya untuk selama-lamanya.
Namun, apalah daya, ternyata kita semua memang sudah diciptakan. Tuhan telah mejadikan kita semua menjadi salah satu makhluk ciptaan yang harus menempuh takdir yang sudah tergoreskan. Lalu, haruskah kita menyesali semua yang telah terjadi? Tentu sangat tidak jika kita mengalami penyesalan itu.
Semua manusia tentu sangat berharap agar dirinya termasuk seorang hamba Tuhan yang juga ingin merasakan nikmatnya surga Tuhan. Setelah itu, dia akan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang baik. Sekuat mungkin dia akan menerima apapun yang sudah diterimanya di dunia ini. Sukacita, kesedihan, keterpurukan, kedamaian, keburukan dan apapun yang sudah dialami.
Sebagaimana teladan Sahabat Umar bin Khatab, salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw. Dia termasuk salah satu manusia pilihan yang telah membuktikan dirinya sebagai hamba Tuhan. Umat islam mana yang tidak kenal sosok sahabat Nabi yang pemberani ini.
Dalam riwayat kehidupannya, Umar adalah seorang pemimpin yang adil dan dermawan. Disamping itu dia juga termasuk orang yang zuhud, tidak ketergantungan dengan dunia. Selain dari tiga sifat umar itu tentu banyak sekali sifat, sikap dan perilaku lain yang tidak semuanya diketahui oleh banyak orang. Namun, dengan kebaikan manakah Tuhan akhirnya memasukkan dia ke dalam surga?
Pada suatu ketika, sebagai seorang pemimpin Umar berjalan-jalan mengelilingi Kota Madinah untuk mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung. Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang membawa seekor burung. Burung itu dibuat mainan oleh si anak kecil. Karena merasa iba, dengan kasih sayangnya Umar membeli burung yang dibawa anak kecil itu. Setelah burung itu didapatkan, dia lalu melepaskan burung itu agar bisa terbang kembali.
Setelah wafat, banyak ulama' yang bermimpi bertemu dengan Umar. Dalam mimpi mereka bertanya kepada Umar;"Wahai Umar, apa yang dilakukan oleh Allah terhadapmu?". Umar menjawab;"Allah telah mengasihiku dan kemudian memasukkanku kedalam surga-Nya". Mereka bertanya kembali;"Apa yang membuat Allah mengasihi dan kemudian memasukkanmu kedalam surga? Apakah karena keadilanmu? atau kedermawananmu? atau kezuhudanmu?". Umar menjawab;"Aku dimasukkan ke surga oleh Allah karena aku mengasihi seekor burung".
Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa; sebagai hamba Tuhan kita harus selalu berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kita tak pernah tahu manakah amal yang bisa menjadikan diri kita menjadi salah satu hamba Tuhan yang selamat. Kita hanya bisa berharap semoga satu diantara amal-amal baik yang sudah kita lakukan adalah amal yang diterima Tuhan, sehingga termasuk hamba Tuhan yang mendapatkan kenikmatan surga-Nya.
Posted by Unknown
KETIKA SANG KIAI JADI ARTIS
Mendengar kabar kememangan film Sang Kiai dalam Festival
Film Indonesia 2013, adalah kabar gembira, terutama bagi warga NU termasuk
saya. Alasan kegembiraan, bagi saya bukan karena saya adalah warga NU atau yang
ditokohkan itu adalah tokoh Nu. Namun, karena saya mendapat pelajaran dari
perjuangan Hasyim Asy’ari untuk bangsa.
Seorang kiai dalam kiprahnya, akan membawa dampak yang
besar pengaruhnya bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang tunduk dan patuh pada
perintah seorang kiai. Kita bisa mengamati bersama dalam film Sang Kiai ataupun
Sang Pencerah, yang kedua sosok kiainya menjadi tokoh panutan masyarakat
seperti keyataan yang telah terjadi.
Hasyim Asy’ari merupakan tokoh sentral pemeluk agama
islam dijamannya. Berkat pengaruhnya, Indonesia bisa meraih kemerdekaan.
Meskipun pada awalnya, dia hanya menentang tentara Jepang yang telah memaksa
rakyat indonesia untuk melakukan Sekerei (menghormat kepada matahari). Dalam alur
ini secara harfiah Hasyim Asy’ari bisa dikatakan tetap bersikukuh dengan
agamanya, bukan karena dia membela negaranya, namun pada akhirnya seluruh pengikutnya
mengakui sikap nasionalisme seorang Hasyim Asy’ari untuk bangsa, setelah
sebelumnya tertangkap oleh tentara jepang.
Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah juga bisa
dikatakan sangat berpengaruh dalam lingkungannya. Walaupun sudah dicap sebagai
kiai kafir yang menyebarkan aliran sesat, dia tetap bertahan dengan apa yang
sudah menjadi ajaran dan pola pikirnya. Dia tetap bersikukuh dengan pendapat
dan bisa mempengaruhi masyarakat melalui dukungan keluarga dan lima santrinya. Hingga
akhirnya, terbentuklah organisasi keagamaan bernama Muhammadiyah yang sampai
saat ini masih eksis membina umatnya.
Jika kita cermati, kedua film itu sama-sama menampilkan
perjuangan seorang kiai dalam membina umat dari kekesesatan berideologi dan
berkeyakinan. Hasyim Asy’ari menentang Sekerei yang sudah dinilainya telah
melanggar aturan umat islam. Sedangkan Ahmad Dahlan terkesan hanya sebagai seorang
pionir yang menggagas pemikiran, bahwa islam itu mudah dan membebaskan, bukan agama
yang menyulitkan seperti yang dianut di jawa kuno saat itu. Hanya saja, dalam
menampilkan jiwa nasionalisme untuk bangsa, kisah cerita Hasyim Asy’ari dalam
film tampak lebih kentara dibanding Ahmad Dahlan yang cenderung dikatakan
sebagai pembaharu dan
pendobrak tradisi.
Hasyim Asy’ari yang sudah dikenal sebagai pendiri NU dan
dan Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, keduanya adalah tokoh sentral yang layak
mendapatkan apresiasi positif dari seluruh warga indonesia, lebih-lebih dari
kalangannya sendiri. Kiprah perjuangan seorang kiai dalam kedua filmnya sangat
baik untuk ditonton karena realitasnya memang sudah diakui oleh masyarakat. Sampai-sampai
untuk kedepan Sunil Santami, produser film Sang Kiai, masih mencari tokoh
nasional yang akan diangkat kembali ke layar lebar besutannya. Namun, akan
sangat riskan ketika tokoh yang dijadikan aktor utamanya adalah tokoh
berpengaruh yang jauh dari konteks semisal nasionalisme.
Dalam menonton film, peminat televisi harus lebih cermat
dalam menghayati alur cerita dan profil-profil tokohnya. Paling tidak dia harus
bisa mengambil esensi yang bisa dijadikannya sebagai pelajaran. Karena,
kebaikan bisa datang dari siapa saja, bukan hanya dari profil seorang kiai.
Esensi dari kebaikan yang kita dapat dari menonton film adalah sesuatu yang
bisa menjadikan seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kalau dalam menampilkan film hanya karena alasan untuk
yang bisa membangkitkan jiwa nasionalisme, saya kira tidak harus dengan
menampil seorang tokoh nasional, apalagi pejuang yang sudah terkenal sebagai tokoh
islam yang sangat berpengaruh. Paling tidak alur ceritanya bisa menggugah hati
nurani seseorang untuk semangat kebangsaan tanpa menimbulkan perpecahan dan
kesenjangan sosial baik secara individu maupun golongan.
Melihat fenomena ini, para produser dalam industri
perfilman harus lebih hati-hati dalam mengangkat tema cerita sebuah film. Baik
film Sang Kiai maupun Sang Pencerah berpotensi menimbulkan kontraversi bagi masyarakat
luas. Kenapa? Kedua tokoh itu punya umat yang berbeda pendapat mengenai
ajarannya. Hasyim Asy’ari tokoh NU yang mayoritas pengikutnya melakukan tahlil,
dziba’an, mauludan, nariyahan dan sejenisnya. Sedangkan Ahmad Dahlan adalah
tokoh Muhammadiyah yang para pengikutnya melarang untuk melakukan amaliyah yang
dilakukan oleh NU.
Dari dua film ini saja, pernah diberitakan tentang
anggapan bahwa film Sang Kyai itu meniru film Sang Pencerah, meskipun sudah
ditepis oleh sutradaranya, Rako Pujiarto. Harapan saya semoga persetruan ini
tidak menimbulkan kesenjangan sosial baik dari kalangan NU maupun Muhammadiyah.
Kiprah seorang tokoh besar pemberitaannya akan lebih
mudah dikenal oleh masyarakat. Dia akan menjadi pusat perhatian dengan apa yang
sudah dilakukannya. Lebih-lebih jika dia memang seorang pejuang tanah air,
tentu merupakan hal yang menarik dan cukup layak untuk diangkat menjadi sebuah
film, sesuai dengan biografi perjalanan hidupnya mulai dari lahir hingga akhir
hayatnya. Maka hal ini perlu diperhatikan, khususnya bagi para produser dunia
perfilman yang melibatkan orang yang sudah dikenal menjadi tokoh utamanya.
Sebuah film bisa dikatakan baik jika penayangannya bisa
menimbulkan hal-hal yang saya khawatirkan seperti uraian diatas, kendati telah
menjadi film terbaik di Festival Film Indonesia atau bahkan dikenal oleh
penduduk dunia sekalipun.
Posted by Unknown
Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillah, akhirnya blog saya jadi juga. Semoga makin semangat nulis dan ada manfaatnya. Amin...
Posted by Unknown