Archive for Maret 2014
BANGKIT DARI JIWA YANG LEMAH
Menjalani hidup adalah keniscayaan. Dalam hidup kita akan melewati kejadian-kejadian yang kadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kejadian yang kadang membuat kita resah, sedih, tertawa dan bahkan sampai kejadian yang membuat diri kita menjadi sangat takut untuk menghadapinya. Karena, mau tidak mau semua kejadian secara tidak langsung pasti akan mempengaruhi jiwa kita.
"Katakan menurut kata hatimu!", kata ini mungkin sering kita dengar saat merenungkan kejadian yang sedang kita alami. Kadang kita dibingungnkan dengan sebuah pilihan yang memaksa kita untuk memilih satu diantaranya. Antara "Ya" dan "Tidak". Dua pilihan inilah yang sering membuat kita kebingungan. Apalagi, dua pilihan itu sama baiknya. Namun, menjadi pribadi yang baik adalah pilihan yang paling bijak untuk dipertahankan dalam diri kita.
Saya tertarik memahami pribadi seorang lakon dalam Film Identity Thief yang bernama, Sandy Patterson, seorang wakil direktur perusahaan di Amerika. Dia adalah seorang lelaki penyabar, penyayang dan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Dia mengalami kerugian yang sangat besar ketika bertemu dengan lawan sekaligus temannya yang bernama asli Diana, pencuri identitas Patterson yang berperawakan gemuk dan pernah masuk ke penjara dengan kasus yang sama.
Dalam ceritanya, Diana telah mengambil uang Petterson lewat ATM palsunya. Uang curiannya itu digunakan hanya untuk bersenang-senang, membeli mobil mewah, kosmetik, perhiasan, menyewa apartemen dan sebagainya. Tidak hanya itu, dia juga telah membuat Patterson kebingungan mencari Diana hingga beberapa hari di luar kota nan jauh dari keluarga, sendiri.
Perjalanan Patterson tidak berhenti disitu. Setelah bertemu, dia harus menghadapi sikap dan perilaku Diana yang aneh, pintar berbohong dan sangat sulit untuk diajak kompromi. Patterson harus kehilangan sisa uang dan mobil mewahnya. Namun, Patterson tetaplah Patterson. Dia tetap berbaik hati kepada Diana dengan cara tak membalas semua keburukan yang telah dilakukan Diana dengan tindakan yang amoral. Malah justru dia dengan setulus hati mengenalkan keluarganya, mempersilahkan menginap dan memberinya makan malam.
Dia akhir cerita film yang dibuat di tahun 2013 itu, akhirnya hati Diana luluh juga. Kebaikan yang sudah dilakukan Patterson telah membuka hatinya untuk menyadari semua kesalahannya di depan polisi. Padahal, Patterson sepertinya tidak menghendaki hal itu.
Saat itu, sebenarnya Ayah tiga anak itu mengalami sebuah dilema. Antara "Ya" dan "Tidak". Dia berpikir bahwa jika dia tidak menjebloskan Diana ke penjara, berarti dia berjiwa lemah. Ternyata, tidak seperti apa yang dia bayangkan. Keajaiban datang dari Diana sendiri yang tiba-tiba sadar untuk menebus semua tindak kejahatannya. Dan yang pasti, Patterson telah berhasil dengan keputusannya, untuk tetap menjadi pribadi yang baik meski sudah disakiti dan dirugikan oleh lawan mainnya.
LISAN AHLI NERAKA
Ada seorang sahabat berkata kepada Nabi;"Wahai Rasul, Si Fulan seorang ahli ibadah, kalau pagi berpuasa dan melakukan ibadah (qiyamullail) di malam hari. Tapi, dia sering menyakiti hati orang lain dengan lisannya. Bagaimana Wahai Rasul?" Nabi berkata;"Dia adalah ahli neraka."
Dari sekelumit cerita ini kita bisa mengambil sebuah hikmah bahwa orang yang baik tidak selalu identik dengan sebuah penampilan. Dalam mengaplikasikan kebaikan tidak harus melalui perwujudan sebuah penampilan saja, seperti memakai jubah, baju koko, peci, kerudung atau simbol-simbol lainnya.
Beribadah tidak bisa diartikan dengan hanya melakukan salat di masjid setiap saat, mengikuti pengajian setiap waktu, atau bahkan meninggalkan komunikasi dengan orang lain hanya untuk kebutuhan ibadah saja. Perilaku-perilaku seseorang diatas adalah wujud pemahaman sangat sempit dalam memahami arti ibadah. Padahal, menjaga lisan agar terjaga dari perkataan yang buruk itu juga merupakan ibadah jika diniati untuk beribadah. Karena hal ini merupakan wujud syukur kita dalam mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan berupa lisan.
Posted by Unknown
MASUK SURGA KARENA SEEKOR BURUNG
Pada dasarnya hidup ini bukanlah akhir dari segalanya. Justru, hidup ini merupakan awal dimana kita kelak akan menemukan arti dari sebuah kehidupan abadi. Kita tak pernah tahu, dengan lantaran apa Tuhan akan menerima amal kita, lalu kemudian mamasukkan kita ke surga-Nya untuk selama-lamanya.
Namun, apalah daya, ternyata kita semua memang sudah diciptakan. Tuhan telah mejadikan kita semua menjadi salah satu makhluk ciptaan yang harus menempuh takdir yang sudah tergoreskan. Lalu, haruskah kita menyesali semua yang telah terjadi? Tentu sangat tidak jika kita mengalami penyesalan itu.
Semua manusia tentu sangat berharap agar dirinya termasuk seorang hamba Tuhan yang juga ingin merasakan nikmatnya surga Tuhan. Setelah itu, dia akan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang baik. Sekuat mungkin dia akan menerima apapun yang sudah diterimanya di dunia ini. Sukacita, kesedihan, keterpurukan, kedamaian, keburukan dan apapun yang sudah dialami.
Sebagaimana teladan Sahabat Umar bin Khatab, salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw. Dia termasuk salah satu manusia pilihan yang telah membuktikan dirinya sebagai hamba Tuhan. Umat islam mana yang tidak kenal sosok sahabat Nabi yang pemberani ini.
Dalam riwayat kehidupannya, Umar adalah seorang pemimpin yang adil dan dermawan. Disamping itu dia juga termasuk orang yang zuhud, tidak ketergantungan dengan dunia. Selain dari tiga sifat umar itu tentu banyak sekali sifat, sikap dan perilaku lain yang tidak semuanya diketahui oleh banyak orang. Namun, dengan kebaikan manakah Tuhan akhirnya memasukkan dia ke dalam surga?
Pada suatu ketika, sebagai seorang pemimpin Umar berjalan-jalan mengelilingi Kota Madinah untuk mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung. Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang membawa seekor burung. Burung itu dibuat mainan oleh si anak kecil. Karena merasa iba, dengan kasih sayangnya Umar membeli burung yang dibawa anak kecil itu. Setelah burung itu didapatkan, dia lalu melepaskan burung itu agar bisa terbang kembali.
Setelah wafat, banyak ulama' yang bermimpi bertemu dengan Umar. Dalam mimpi mereka bertanya kepada Umar;"Wahai Umar, apa yang dilakukan oleh Allah terhadapmu?". Umar menjawab;"Allah telah mengasihiku dan kemudian memasukkanku kedalam surga-Nya". Mereka bertanya kembali;"Apa yang membuat Allah mengasihi dan kemudian memasukkanmu kedalam surga? Apakah karena keadilanmu? atau kedermawananmu? atau kezuhudanmu?". Umar menjawab;"Aku dimasukkan ke surga oleh Allah karena aku mengasihi seekor burung".
Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa; sebagai hamba Tuhan kita harus selalu berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kita tak pernah tahu manakah amal yang bisa menjadikan diri kita menjadi salah satu hamba Tuhan yang selamat. Kita hanya bisa berharap semoga satu diantara amal-amal baik yang sudah kita lakukan adalah amal yang diterima Tuhan, sehingga termasuk hamba Tuhan yang mendapatkan kenikmatan surga-Nya.
Namun, apalah daya, ternyata kita semua memang sudah diciptakan. Tuhan telah mejadikan kita semua menjadi salah satu makhluk ciptaan yang harus menempuh takdir yang sudah tergoreskan. Lalu, haruskah kita menyesali semua yang telah terjadi? Tentu sangat tidak jika kita mengalami penyesalan itu.
Semua manusia tentu sangat berharap agar dirinya termasuk seorang hamba Tuhan yang juga ingin merasakan nikmatnya surga Tuhan. Setelah itu, dia akan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang baik. Sekuat mungkin dia akan menerima apapun yang sudah diterimanya di dunia ini. Sukacita, kesedihan, keterpurukan, kedamaian, keburukan dan apapun yang sudah dialami.
Sebagaimana teladan Sahabat Umar bin Khatab, salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw. Dia termasuk salah satu manusia pilihan yang telah membuktikan dirinya sebagai hamba Tuhan. Umat islam mana yang tidak kenal sosok sahabat Nabi yang pemberani ini.
Dalam riwayat kehidupannya, Umar adalah seorang pemimpin yang adil dan dermawan. Disamping itu dia juga termasuk orang yang zuhud, tidak ketergantungan dengan dunia. Selain dari tiga sifat umar itu tentu banyak sekali sifat, sikap dan perilaku lain yang tidak semuanya diketahui oleh banyak orang. Namun, dengan kebaikan manakah Tuhan akhirnya memasukkan dia ke dalam surga?
Pada suatu ketika, sebagai seorang pemimpin Umar berjalan-jalan mengelilingi Kota Madinah untuk mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung. Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang membawa seekor burung. Burung itu dibuat mainan oleh si anak kecil. Karena merasa iba, dengan kasih sayangnya Umar membeli burung yang dibawa anak kecil itu. Setelah burung itu didapatkan, dia lalu melepaskan burung itu agar bisa terbang kembali.
Setelah wafat, banyak ulama' yang bermimpi bertemu dengan Umar. Dalam mimpi mereka bertanya kepada Umar;"Wahai Umar, apa yang dilakukan oleh Allah terhadapmu?". Umar menjawab;"Allah telah mengasihiku dan kemudian memasukkanku kedalam surga-Nya". Mereka bertanya kembali;"Apa yang membuat Allah mengasihi dan kemudian memasukkanmu kedalam surga? Apakah karena keadilanmu? atau kedermawananmu? atau kezuhudanmu?". Umar menjawab;"Aku dimasukkan ke surga oleh Allah karena aku mengasihi seekor burung".
Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa; sebagai hamba Tuhan kita harus selalu berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kita tak pernah tahu manakah amal yang bisa menjadikan diri kita menjadi salah satu hamba Tuhan yang selamat. Kita hanya bisa berharap semoga satu diantara amal-amal baik yang sudah kita lakukan adalah amal yang diterima Tuhan, sehingga termasuk hamba Tuhan yang mendapatkan kenikmatan surga-Nya.
NYANYIAN TUK TUHAN
Ya Allah, aku semakin
takut
menjalani kehidupanku
Bukan karena aku takut
Engkau hinakan aku dimata manusia
Tapi aku takut
jika Kau
tak memberiku kesempatan
untuk menjadi hamba-Mu
yang mulia disisi-Mu
Ya Allah, aku semakin
ciut nyali
menghadapi kerasnya hidup
Bukan karena aku tak
kuat untuk menabahkan hatiku
Tapi aku takut
jika tak
mampu lagi menjunjung tinggi nama-Mu
Posted by Unknown
MASUK SURGA KARENA SEEKOR BURUNG
Pada dasarnya hidup ini bukanlah akhir dari segalanya. Justru, hidup ini merupakan awal dimana kita kelak akan menemukan arti dari sebuah kehidupan abadi. Kita tak pernah tahu, dengan lantaran apa Tuhan akan menerima amal kita, lalu kemudian mamasukkan kita ke surga-Nya untuk selama-lamanya.
Namun, apalah daya, ternyata kita semua memang sudah diciptakan. Tuhan telah mejadikan kita semua menjadi salah satu makhluk ciptaan yang harus menempuh takdir yang sudah tergoreskan. Lalu, haruskah kita menyesali semua yang telah terjadi? Tentu sangat tidak jika kita mengalami penyesalan itu.
Semua manusia tentu sangat berharap agar dirinya termasuk seorang hamba Tuhan yang juga ingin merasakan nikmatnya surga Tuhan. Setelah itu, dia akan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang baik. Sekuat mungkin dia akan menerima apapun yang sudah diterimanya di dunia ini. Sukacita, kesedihan, keterpurukan, kedamaian, keburukan dan apapun yang sudah dialami.
Sebagaimana teladan Sahabat Umar bin Khatab, salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw. Dia termasuk salah satu manusia pilihan yang telah membuktikan dirinya sebagai hamba Tuhan. Umat islam mana yang tidak kenal sosok sahabat Nabi yang pemberani ini.
Dalam riwayat kehidupannya, Umar adalah seorang pemimpin yang adil dan dermawan. Disamping itu dia juga termasuk orang yang zuhud, tidak ketergantungan dengan dunia. Selain dari tiga sifat umar itu tentu banyak sekali sifat, sikap dan perilaku lain yang tidak semuanya diketahui oleh banyak orang. Namun, dengan kebaikan manakah Tuhan akhirnya memasukkan dia ke dalam surga?
Pada suatu ketika, sebagai seorang pemimpin Umar berjalan-jalan mengelilingi Kota Madinah untuk mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung. Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang membawa seekor burung. Burung itu dibuat mainan oleh si anak kecil. Karena merasa iba, dengan kasih sayangnya Umar membeli burung yang dibawa anak kecil itu. Setelah burung itu didapatkan, dia lalu melepaskan burung itu agar bisa terbang kembali.
Setelah wafat, banyak ulama' yang bermimpi bertemu dengan Umar. Dalam mimpi mereka bertanya kepada Umar;"Wahai Umar, apa yang dilakukan oleh Allah terhadapmu?". Umar menjawab;"Allah telah mengasihiku dan kemudian memasukkanku kedalam surga-Nya". Mereka bertanya kembali;"Apa yang membuat Allah mengasihi dan kemudian memasukkanmu kedalam surga? Apakah karena keadilanmu? atau kedermawananmu? atau kezuhudanmu?". Umar menjawab;"Aku dimasukkan ke surga oleh Allah karena aku mengasihi seekor burung".
Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa; sebagai hamba Tuhan kita harus selalu berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kita tak pernah tahu manakah amal yang bisa menjadikan diri kita menjadi salah satu hamba Tuhan yang selamat. Kita hanya bisa berharap semoga satu diantara amal-amal baik yang sudah kita lakukan adalah amal yang diterima Tuhan, sehingga termasuk hamba Tuhan yang mendapatkan kenikmatan surga-Nya.
Posted by Unknown
KETIKA SANG KIAI JADI ARTIS
Mendengar kabar kememangan film Sang Kiai dalam Festival
Film Indonesia 2013, adalah kabar gembira, terutama bagi warga NU termasuk
saya. Alasan kegembiraan, bagi saya bukan karena saya adalah warga NU atau yang
ditokohkan itu adalah tokoh Nu. Namun, karena saya mendapat pelajaran dari
perjuangan Hasyim Asy’ari untuk bangsa.
Seorang kiai dalam kiprahnya, akan membawa dampak yang
besar pengaruhnya bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang tunduk dan patuh pada
perintah seorang kiai. Kita bisa mengamati bersama dalam film Sang Kiai ataupun
Sang Pencerah, yang kedua sosok kiainya menjadi tokoh panutan masyarakat
seperti keyataan yang telah terjadi.
Hasyim Asy’ari merupakan tokoh sentral pemeluk agama
islam dijamannya. Berkat pengaruhnya, Indonesia bisa meraih kemerdekaan.
Meskipun pada awalnya, dia hanya menentang tentara Jepang yang telah memaksa
rakyat indonesia untuk melakukan Sekerei (menghormat kepada matahari). Dalam alur
ini secara harfiah Hasyim Asy’ari bisa dikatakan tetap bersikukuh dengan
agamanya, bukan karena dia membela negaranya, namun pada akhirnya seluruh pengikutnya
mengakui sikap nasionalisme seorang Hasyim Asy’ari untuk bangsa, setelah
sebelumnya tertangkap oleh tentara jepang.
Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah juga bisa
dikatakan sangat berpengaruh dalam lingkungannya. Walaupun sudah dicap sebagai
kiai kafir yang menyebarkan aliran sesat, dia tetap bertahan dengan apa yang
sudah menjadi ajaran dan pola pikirnya. Dia tetap bersikukuh dengan pendapat
dan bisa mempengaruhi masyarakat melalui dukungan keluarga dan lima santrinya. Hingga
akhirnya, terbentuklah organisasi keagamaan bernama Muhammadiyah yang sampai
saat ini masih eksis membina umatnya.
Jika kita cermati, kedua film itu sama-sama menampilkan
perjuangan seorang kiai dalam membina umat dari kekesesatan berideologi dan
berkeyakinan. Hasyim Asy’ari menentang Sekerei yang sudah dinilainya telah
melanggar aturan umat islam. Sedangkan Ahmad Dahlan terkesan hanya sebagai seorang
pionir yang menggagas pemikiran, bahwa islam itu mudah dan membebaskan, bukan agama
yang menyulitkan seperti yang dianut di jawa kuno saat itu. Hanya saja, dalam
menampilkan jiwa nasionalisme untuk bangsa, kisah cerita Hasyim Asy’ari dalam
film tampak lebih kentara dibanding Ahmad Dahlan yang cenderung dikatakan
sebagai pembaharu dan
pendobrak tradisi.
Hasyim Asy’ari yang sudah dikenal sebagai pendiri NU dan
dan Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, keduanya adalah tokoh sentral yang layak
mendapatkan apresiasi positif dari seluruh warga indonesia, lebih-lebih dari
kalangannya sendiri. Kiprah perjuangan seorang kiai dalam kedua filmnya sangat
baik untuk ditonton karena realitasnya memang sudah diakui oleh masyarakat. Sampai-sampai
untuk kedepan Sunil Santami, produser film Sang Kiai, masih mencari tokoh
nasional yang akan diangkat kembali ke layar lebar besutannya. Namun, akan
sangat riskan ketika tokoh yang dijadikan aktor utamanya adalah tokoh
berpengaruh yang jauh dari konteks semisal nasionalisme.
Dalam menonton film, peminat televisi harus lebih cermat
dalam menghayati alur cerita dan profil-profil tokohnya. Paling tidak dia harus
bisa mengambil esensi yang bisa dijadikannya sebagai pelajaran. Karena,
kebaikan bisa datang dari siapa saja, bukan hanya dari profil seorang kiai.
Esensi dari kebaikan yang kita dapat dari menonton film adalah sesuatu yang
bisa menjadikan seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kalau dalam menampilkan film hanya karena alasan untuk
yang bisa membangkitkan jiwa nasionalisme, saya kira tidak harus dengan
menampil seorang tokoh nasional, apalagi pejuang yang sudah terkenal sebagai tokoh
islam yang sangat berpengaruh. Paling tidak alur ceritanya bisa menggugah hati
nurani seseorang untuk semangat kebangsaan tanpa menimbulkan perpecahan dan
kesenjangan sosial baik secara individu maupun golongan.
Melihat fenomena ini, para produser dalam industri
perfilman harus lebih hati-hati dalam mengangkat tema cerita sebuah film. Baik
film Sang Kiai maupun Sang Pencerah berpotensi menimbulkan kontraversi bagi masyarakat
luas. Kenapa? Kedua tokoh itu punya umat yang berbeda pendapat mengenai
ajarannya. Hasyim Asy’ari tokoh NU yang mayoritas pengikutnya melakukan tahlil,
dziba’an, mauludan, nariyahan dan sejenisnya. Sedangkan Ahmad Dahlan adalah
tokoh Muhammadiyah yang para pengikutnya melarang untuk melakukan amaliyah yang
dilakukan oleh NU.
Dari dua film ini saja, pernah diberitakan tentang
anggapan bahwa film Sang Kyai itu meniru film Sang Pencerah, meskipun sudah
ditepis oleh sutradaranya, Rako Pujiarto. Harapan saya semoga persetruan ini
tidak menimbulkan kesenjangan sosial baik dari kalangan NU maupun Muhammadiyah.
Kiprah seorang tokoh besar pemberitaannya akan lebih
mudah dikenal oleh masyarakat. Dia akan menjadi pusat perhatian dengan apa yang
sudah dilakukannya. Lebih-lebih jika dia memang seorang pejuang tanah air,
tentu merupakan hal yang menarik dan cukup layak untuk diangkat menjadi sebuah
film, sesuai dengan biografi perjalanan hidupnya mulai dari lahir hingga akhir
hayatnya. Maka hal ini perlu diperhatikan, khususnya bagi para produser dunia
perfilman yang melibatkan orang yang sudah dikenal menjadi tokoh utamanya.
Sebuah film bisa dikatakan baik jika penayangannya bisa
menimbulkan hal-hal yang saya khawatirkan seperti uraian diatas, kendati telah
menjadi film terbaik di Festival Film Indonesia atau bahkan dikenal oleh
penduduk dunia sekalipun.
Posted by Unknown
Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillah, akhirnya blog saya jadi juga. Semoga makin semangat nulis dan ada manfaatnya. Amin...
Posted by Unknown