Archive for 2014

DILEMA JOKOWI DAN PARA PEJABAT BARU

Kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintah semakin hari semakin berkurang. Kabar-kabar dari berbagai media yang menyoroti pergerakan pemerintah dicerminkan betapa banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi saat ini. Semuanya serba kurang, bahkan sepertinya beberapa orang yang menjabat di kementerian negara tidak layak untuk mengawal kemajuan bagi negaranya sendiri.
Entah, apa karena dampak dari sudah banyaknya pejabat yang melakukan, dan atau terlibat dalam masalah korupsi, atau dimungkinkan karena faktor yang lain. Terlepas dari semua itu, mengamati sorotan media untuk publik kepada pemerintah saat ini telah menimbulkan pemikiran yang mengarahkan ketidakpercayaan masyarakat kepada para pemimpin di bangsa ini.
Salah satu berita yang pernah disiarkan di salah satu media televisi mengatakan bahwa para menteri susah diajak untuk tertib oleh pembawa acara saat akan dilantik. Para menteri tidak langsung menempati posisi yang ditentukan setelah diminta berkali-kali oleh si pembawa acara. Baru setelah Presiden Jokowi datang mereka bersedia untuk tertib dan melangsungkan acara pelantikan. Padahal, bisa jadi acara pelantikan itu memang menunggu kedatangan Presiden lebih dahulu kemudian baru bisa dimulai. Hanya saja, pandangan masyarakat akan berbeda dalam menanggapi kejadian itu. Mereka akan cenderung mengatakan bahwa para menteri tidak disiplin dan sulit untuk menertibkan diri.
Selain itu, pernah juga dimunculkan berita yang sedikit memojokkan Jokowi, terkait dengan terpilihnya Rini Soemarno menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara. Terpilihnya Rini Soemarno, menteri kabinet kerja terkaya dengan harta Rp.40,07 Miliar, mengindikasikan dirinya termasuk pejabat yang juga tidak bersih, bertolakbelakang dengan pernyataan jokowi yang mengklaim bahwa para menterinya bersih dari korupsi. Apalagi, Perempuan yang pernah menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan di era kepemimpinan Megawati Soekarno Puteri, dalam salah satu surat kabar disebut-sebut bermasalah menurut KPK. Semua kabar miring tentang wanita yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Astra Internasional ini ditampakkan kembali, termasuk pernyataan bahwa dirinya pernah diperiksa oleh Panitia Kerja (Panja) Komisi I DPR terkait proses imbal dagang pesawat jet tempur sukhoi, helikopter dan peralatan militer Rusia. Dia dianggap melanggar UU Pertahanan dan UU APBN, dan bermasalah dalam beberapa kabar miring yang sudah ditampilkan ke publik.
Lagi-lagi sebuah pemberitaan yang tidak beda dengan pemberitaan dari kejadian pelantikan diatas. Dengan pemberitaan Rini Soemarno ini, masyarakat seolah dibumbui dengan persepsi negatif khususnya kepada Rini Soemarno. Hanya berdasar dugaan dan penilaian saja seolah dia sudah tidak masuk dalam citra pejabat yang bisa dipercaya. Padahal, dia akan mengemban amanat baru di kabinet kerja Jokowi selama lima tahun kedepan.
Seharusnya, dengan dipilihnya seorang pemimpin yang baru, sebagai masyarakat yang baik tentunya akan selalu berusaha mendukung setiap langkah kebijakan pemimpinnya. Setiap orang pasti mempunyai masa lalu, termasuk masa lalu yang kurang baik. Namun, masa lalu bukanlah sebuah kekurangan secara mutlak. Dalam arti sebuah kekurangan masih bisa dibenahi di masa yang akan datang, karena semua bisa berubah dan seseorang yang berpikir maju tidak akan mengulangi kesalahan yang kedua kalinya.
Pak Jokowi dan semua menterinya sudah sah menjadi pejabat di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sudah saatnya masyarakat mendukung seluruh arah kebijakan dan pergerakan pembangunan yang akan digagas dan dijalankan. Karena, jika kepercayaan masyarakat kepada pemerintah sudah tidak ada lagi, pemerintah sekuat dan sebaik apapun tidak akan mampu membawa Negaranya dengan sebaik-baiknya. Belum lagi jika harus menghadapi para mantan pejabat yang pernah berseteru saat menjadi anggota di instansi pemerintah dan media yang kadang kurang santun dalam mengabarkan berita.
Rabu, 29 Oktober 2014
Posted by Unknown

SETETES TINTA UNTUK AYAH

Ayah, aku telah memanggilmu seperti panggilan anak-anakmu yang lain.
Ayah, sejak dulu ku katakan pada diriku bahwa engkau adalah Ayahku.
Sejak dulu aku selalu menanti saat-saatku bersamamu, dihadapanmu, lalu aku membaca ayat-ayat suci Tuhanku sebaik mungkin, karena aku tahu disaat itu engkau adalah guru di hadapanku.
Aku tahu, suatu saat nanti apa yang kudapat darimu adalah buah pahala bagi dirimu, diriku dan bagi semua orang yang kelak akan menerima sepercik cahaya yang bermuara dari pancaranmu, termasuk putera-puteriku kelak dan kemudian  seterusnya.
Ayah, aku ataupun dirimu tidak harus mengakui bahwa aku anakmu atau kau adalah ayahku. Cukup Tuhan yang tahu dan aku yakin itu.
Semua itu sudah terakui dengan sendiri dalam kitab-kitab kitab para pendahulu, bahwa kau adalah Ayahku, Ayah yang menyinarkan cahaya batinku.
Bagiku sudah cukup, meskipun sampai saat ini aku tetap bukanlah anakmu, jauh darimu dan takkan pernah merasakan kebersamaan itu lagi, karena memang sejatinya aku bukan seperti anak-anakmu yang bisa selalu disampingmu.
Bagai burung pipit terbang tinggi tanpa tahu arah singgahnya, biarlah pepohonan nan rindang, di hutan yang sepi aku akan memulai kehidupan baru, membuat sarang yang nyaman, lalu mewujudkan impian-impian yang hampir tak mungkin kudapatkan seindah di waktu aku bersamamu.
Tapi aku yakin, dirimu telah ada di hatiku, dirimu setiap waktu mengingatkan semua hal yang seharusnya kujalani di dunia ini, seruanmu, semangatmu, tuntunanmu dan do’a-do’a darimu selalu kau panjatkan untukku.
Ayah, aku selalu berusaha menggapai semua yang telah kau raih, semua yang pernah kau ajarkan untukku, semua yang telah kau tampakkan di depan mataku dan semua yang telah kau berikan kepada semua orang, meski masih sedikit yang bisa kulakukan.
Aku takkan mampu menjadi seperti dirimu, apalagi kau adalah orang yang mulia yang pantas untuk dimuliakan, orang yang selalu dipuja sebagai tokoh yang menjadi panutan bagi siapapun, orang yang jauh dari kehinaan.
Diriku yang bukanlah siapa-siapa, hanya seongok kembang yang hampir layu diatas hamparan lumpur yang kering, yang tak punya derajat tinggi dan bukanlah cerminan yang layak untuk mengkaca diri.
Ayah, dalam surat ini aku hanya bisa mengucapkan untaian rasa terimakasih, sebagai balasan yang tak setimpal yang bisa kuberikan, karena aku tak sanggup membayarmu meskipun dunia dalam genggamanku.
Ayah, andai kau baca surat ini, aku berharap semoga kau tahu, bahwa di sisa kehidupan ini, kebaktianku adalah harapan yang tak mungkin ada kecuali hanya sekedar berharap, semoga aku, kau akui sebagai anakmu yang selalu berbakti kepadamu.
Ayah, kebaikanku tak mungkin bisa kujadikan sebagai penghapusan dosaku kepadamu, maka maafkanlah aku. 
Bukalah sekali lagi kesempatan bagiku untuk mendengar dan tahu bahwa kau telah menghapusnya, lalu kau ganti dengan kelegaan hatimu yang mau tersenyum untukku, karena hanya kaulah yang menggelorakan semangatku, untuk mau menggapai tujuan hidupku.
Ayah, aku tahu Tuhan juga akan tersenyum jika melihatmu tersenyum untukku.
Terimakasih, Ayah.
Minggu, 26 Oktober 2014
Posted by Unknown

HUKUMKU TERJAMAH NODA HITAM

Duh! Sudah malam begini belum ada tukang ronda malam yang datang ke pos ronda. Padahal sudah jam 22.00 wib. Waktu sudah kelewat batas. Semua belum juga pada datang dan aku adalah orang yang pertama kali duduk di pos jaga. Andai Ayah tidak menyuruhku menggantikannya, mungkin aku sudah tidur seperti biasanya, atau paling tidak kunyalakan komputerku buat tugas kuliah terus kemudian nonton film-film baru di akhir tahun ini.
Kunyalakan TV 12 in di tempat ronda, kupencet-pencet remot TV sambil mangamati tayangan demi tayangan TV di malam itu. Tapi entahlah, tak ada satu pun tayangan menarik yang bisa ku tonton. Terpaksa kumatikan. Lalu, bengong sendirian.
Aku tak kehabisan akal. Kuambil Hp, kubuka aplikasi pemutar musik lalu kunyalakan lagu Mulan Jameela, makhluk Tuhan paling seksi. Aku menjadi sangat terhibur, meski cuma manggut-manggut sambil goyangkan kaki. Lagian, Mulan Jameela memang satu-satunya penyanyi wanita yang bisa menghipnotis telingaku untuk mendengarkan musik.
Lama sekali aku menunggu datangnya orang-orang yang dapat jatah giliran jaga. Maklum, ini jaga malam pertamaku bersama warga kampung. Memang sudah saatnya aku harus mengenal warga sekelilingku agar aku bisa berbaur dengan tetangga-tetangga baruku.
Sudah seminggu aku menempati rumah tua yang dibeli Ayah dengan harga yang murah. Rumah tua itu dibangun sekitar tahun 1926 sebelum negara indonesia merdeka. Rumahnya berukuran kecil dan berhalaman luas dan temboknya sangat tebal. Bentuknya persegi panjang. Didalamnya terdapat tiga kamar, depan untuk aku, tengah untuk ayah dan ibu dan belang untuk kakakku, Firman.
Pertama kali aku masuk rumah, hawanya bikin bulu kudukku merinding seperti saat aku masuk ke rumah hantu. Semua barang-barang rumah sudah tertata rapi, meja kursi tamu, foto-foto keluarga di dinding, lemari-lemari, rak buku, dapur dan sebagainya. Ayahku sudah mempersiapkan semua sebelum memboyong semua anggota keluarga.
Tiga hari aku disana, aku nggak begitu kerasan. Biasa, menempati tempat baru memang butuh beradaptasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Kadang aku masih merasa ngeri melihat bangunannya yang sudah tua seperti saat berada di Lawang Sewu Semarang.
Jujur, aku pernah mendengar anak bayi nangis dibelakang rumah. Suaranya terdengar jelas ditelingaku. Anehnya, Kak Firman tak mendengarnya. Pernah juga, di malam hari saat semuanya sudah tidur, aku keluar dari kamar. Kubuka pintu depan rumahku untuk sekedar menghirup angin malam. Seketika itu juga mataku melongo melihat sosok seorang wanita berbaju putih yang panjangnya sampai menutup kaki di depan gerbang rumahku. Wajahnya pucat, berambut hitam panjang dan matanya berwarna. Aku kaget bercampur takut, merinding saat tiba-tiba wanita itu menghilang begitu saja. Dia seperti lenyap diterpa angin malam. “lap!” Aku yakin, wanita itu penampakan makhluk halus dari alam lain.
“Hey! Bengong aja!”
Dasar! Aku sangat kaget dengan kedatangan Kak Firman. Dia memang sengaja iseng mengagetiku melihatku bengong. Dikiranya aku melamun, padahal aku sedang menikmati lagu-lagu Mulan Jameela.
“Kakak kok kesini? Belum tidur?”
“Ayah tadi dari kejauhan lihat kamu sendirian di pos jaga, makanya nyuruh aku buat nemenin kamu...” kata Kak Firman sambil membawa kopi yang sudah diraciknya di termos kecilku.
“Emang Kakak nggak kerja besok?”
“Besok hari minggu kan... Libur kali...” ketusnya.
Aku baru ingat kalau malam itu malam minggu. Kebetulan, daripada sendirian. Syukur Kak Firman mau menemaniku. Suasananya sedikit cair dengan guyonan-guyonan yang biasa kulontarkan seperti biasanya.
Tiba-tiba mataku sedikit penasaran dengan sosok laki-laki yang sedang berjalan menuju pos kampling. Badannya kekar, berkumis, berambut panjang, memakai gelang karet berwarna hitam dan berkalung koin kuno berwarna kekemasan. Dia memakai baju loreng berwarna merah putih. Celananya sobek, tepat di tengkuk lututnya. Dan yang paling menakutkan, tangannya membawa senjata tajam sejenis parang yang berukuran panjang.
“Kak, kak, kak, itu siapa?” tanyaku.
“Kok kayak preman gitu ya?” kakakku keheranan.
Aku dan Kak Firman hanya terdiam sambil menatap dalam-dalam laki-laki paruh baya itu. Saat dia semakin dekat jantungku berdetak kencang seperti orang ketakutan. Aku dan Kak Firman saling memandang sambil mengerutkan wajah. Terbesit pikiranku untuk langsung lari ke rumah.
“Maaf, permisi mas, saya Pak Karto, parang saya tak kasih diatas saja ya mas biar aman...”
“Hufh...”
Aku menghela nafas panjang. Penampilan Pak Harto membuatku sedikit ketakutan. Dia memang pantas dikatakan sebagai seorang preman. Jika iya, sebenarnya dia bukan seperti preman-preman lainnya. Dia adalah seorang preman yang baik hati. Ramah saat bertuturkata.
Dengan kedatangan Pak Harto, suasana malam itu agak sedikit tenang. Dia sangat bersemangat untuk bercerita tentang kehidupannya. Dia mengaku pernah beberapa kali masuk ke penjara karena bermasalah dengan seseorang. Sebenarnya dia tidak pernah bermaksud untuk berbuat jahat kepada siapapun. Kerena mendesak, dia akhirnya melakukan sesuatu yang semestinya tidak harus dilakukannya, seperti membacok orang, merusak rumah orang dan perbuatan jahat lainnya. Dia melakukan tindakan itu karena merasa dikecewakn oleh rekan bisnis maupun tetangganya yang selalu menunda pembayaran hutang darinya.
Dalam penjara pun, dia masih tetap merasakan keganjilan. Menurutnya, penegak hukum di kotanya sama saja. Karena seringkali masuk ke penjara akhirnya dia tahu apa yang terjadi sebenarnya, bahwa penegak hukum pun tidak selayaknya menghakimi orang dengan berpedoman keadilan.
“Rusak, Mas, di penjara sama saja, polisinya juga preman, begitu juga dengan hakimnya, siapa yang kuat bayar mahal maka dia yang menang”

Aku melongo dan sedikit berpikir lebih dalam. Antara percaya dan tidak. Seorang juru hukum dan penegak keadilan telah keluar dari fungsinya. Akan jadi apa negara ini jika dalam menegakkan keadilan saja tidak terselenggara sebagaimana mestinya. Belum lagi jika mendengar korupsi para wakil rakyat. Apa jadinya negeri ini?                 
Selasa, 21 Oktober 2014
Posted by Unknown

KETIKA SANG KIAI JADI ARTIS

Mendengar kabar kememangan film Sang Kiai dalam Festival Film Indonesia 2013, adalah kabar gembira, terutama bagi warga NU termasuk saya. Alasan kegembiraan, bagi saya bukan karena saya adalah warga NU atau yang ditokohkan itu adalah tokoh Nu. Namun, karena saya mendapat pelajaran dari perjuangan Hasyim Asy’ari untuk bangsa.
Seorang kiai dalam kiprahnya, akan membawa dampak yang besar pengaruhnya bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang tunduk dan patuh pada perintah seorang kiai. Kita bisa mengamati bersama dalam film Sang Kiai ataupun Sang Pencerah, yang kedua sosok kiainya menjadi tokoh panutan masyarakat seperti keyataan yang telah terjadi.
Hasyim Asy’ari merupakan tokoh sentral pemeluk agama islam dijamannya. Berkat pengaruhnya, Indonesia bisa meraih kemerdekaan. Meskipun pada awalnya, dia hanya menentang tentara Jepang yang telah memaksa rakyat indonesia untuk melakukan Sekerei (menghormat kepada matahari). Dalam alur ini secara harfiah Hasyim Asy’ari bisa dikatakan tetap bersikukuh dengan agamanya, bukan karena dia membela negaranya, namun pada akhirnya seluruh pengikutnya mengakui sikap nasionalisme seorang Hasyim Asy’ari untuk bangsa, setelah sebelumnya tertangkap oleh tentara jepang.
Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah juga bisa dikatakan sangat berpengaruh dalam lingkungannya. Walaupun sudah dicap sebagai kiai kafir yang menyebarkan aliran sesat, dia tetap bertahan dengan apa yang sudah menjadi ajaran dan pola pikirnya. Dia tetap bersikukuh dengan pendapat dan bisa mempengaruhi masyarakat melalui dukungan keluarga dan lima santrinya. Hingga akhirnya, terbentuklah organisasi keagamaan bernama Muhammadiyah yang sampai saat ini masih eksis membina umatnya.
Jika kita cermati, kedua film itu sama-sama menampilkan perjuangan seorang kiai dalam membina umat dari kekesesatan berideologi dan berkeyakinan. Hasyim Asy’ari menentang Sekerei yang sudah dinilainya telah melanggar aturan umat islam. Sedangkan Ahmad Dahlan terkesan hanya sebagai seorang pionir yang menggagas pemikiran, bahwa islam itu mudah dan membebaskan, bukan agama yang menyulitkan seperti yang dianut di jawa kuno saat itu. Hanya saja, dalam menampilkan jiwa nasionalisme untuk bangsa, kisah cerita Hasyim Asy’ari dalam film tampak lebih kentara dibanding Ahmad Dahlan yang cenderung dikatakan sebagai pembaharu dan pendobrak tradisi.
Hasyim Asy’ari yang sudah dikenal sebagai pendiri NU dan dan Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, keduanya adalah tokoh sentral yang layak mendapatkan apresiasi positif dari seluruh warga indonesia, lebih-lebih dari kalangannya sendiri. Kiprah perjuangan seorang kiai dalam kedua filmnya sangat baik untuk ditonton karena realitasnya memang sudah diakui oleh masyarakat. Sampai-sampai untuk kedepan Sunil Santami, produser film Sang Kiai, masih mencari tokoh nasional yang akan diangkat kembali ke layar lebar besutannya. Namun, akan sangat riskan ketika tokoh yang dijadikan aktor utamanya adalah tokoh berpengaruh yang jauh dari konteks semisal nasionalisme.
Dalam menonton film, peminat televisi harus lebih cermat dalam menghayati alur cerita dan profil-profil tokohnya. Paling tidak dia harus bisa mengambil esensi yang bisa dijadikannya sebagai pelajaran. Karena, kebaikan bisa datang dari siapa saja, bukan hanya dari profil seorang kiai. Esensi dari kebaikan yang kita dapat dari menonton film adalah sesuatu yang bisa menjadikan seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kalau dalam menampilkan film hanya karena alasan untuk yang bisa membangkitkan jiwa nasionalisme, saya kira tidak harus dengan menampil seorang tokoh nasional, apalagi pejuang yang sudah terkenal sebagai tokoh islam yang sangat berpengaruh. Paling tidak alur ceritanya bisa menggugah hati nurani seseorang untuk semangat kebangsaan tanpa menimbulkan perpecahan dan kesenjangan sosial baik secara individu maupun golongan.   
Melihat fenomena ini, para produser dalam industri perfilman harus lebih hati-hati dalam mengangkat tema cerita sebuah film. Baik film Sang Kiai maupun Sang Pencerah berpotensi menimbulkan kontraversi bagi masyarakat luas. Kenapa? Kedua tokoh itu punya umat yang berbeda pendapat mengenai ajarannya. Hasyim Asy’ari tokoh NU yang mayoritas pengikutnya melakukan tahlil, dziba’an, mauludan, nariyahan dan sejenisnya. Sedangkan Ahmad Dahlan adalah tokoh Muhammadiyah yang para pengikutnya melarang untuk melakukan amaliyah yang dilakukan oleh NU.
Dari dua film ini saja, pernah diberitakan tentang anggapan bahwa film Sang Kyai itu meniru film Sang Pencerah, meskipun sudah ditepis oleh sutradaranya, Rako Pujiarto. Harapan saya semoga persetruan ini tidak menimbulkan kesenjangan sosial baik dari kalangan NU maupun Muhammadiyah.
Kiprah seorang tokoh besar pemberitaannya akan lebih mudah dikenal oleh masyarakat. Dia akan menjadi pusat perhatian dengan apa yang sudah dilakukannya. Lebih-lebih jika dia memang seorang pejuang tanah air, tentu merupakan hal yang menarik dan cukup layak untuk diangkat menjadi sebuah film, sesuai dengan biografi perjalanan hidupnya mulai dari lahir hingga akhir hayatnya. Maka hal ini perlu diperhatikan, khususnya bagi para produser dunia perfilman yang melibatkan orang yang sudah dikenal menjadi tokoh utamanya.
Sebuah film bisa dikatakan baik jika penayangannya tidak menimbulkan hal-hal yang saya khawatirkan seperti uraian diatas, kendati telah menjadi film terbaik di Festival Film Indonesia atau bahkan dikenal oleh penduduk dunia sekalipun.
Posted by Unknown

TELANJANGLAH UNTUKKU

Kini aku telah telanjang
Jangan Kau tunda lagi
Jangan kau buat nafsuku semakin bergejolak
Karena ingin segera Kau sentuh

Cumbuilah aku...

Kini aku berdiri tanpa sehelai kain
Jangan kau tunda lagi
Jangan kau biarkan aku malu
Karena selalu Kau pandang

Cumbuilah aku...


Kini Kau tahu mau ku
Jangan biarkan diri ini liar
Jangan biarkan yang lain menjamahku
Karena aku tahu Kau murka

Cumbuilah aku...

Kini Kau ada disisiku
Janganlah pergi jauh dari pelukanku
Jangan biarkan jiwa ini haus kasih-Mu lagi
Karena aku ingin selalu bercumbu dengan-Mu

Telanjanglah...
Biarkan aku mencumbumu...

Kini aku ingin segera Kau jamah
Jangan hanya dalam pikiranku saja
Jangan hanya diam, tumpahkanlah semua
Karena kenikmatan-Mu ingin ku rasa

Cumbuilah aku...
Cumbuilah aku...
Cumbuilah aku...

Telanjangilah aku, jangan hanya sekali
Aku ingin melihat-Mu, telanjang
Aku sangat ingin Kau cumbui
Selamanya...


Senin, 22 September 2014
Posted by Unknown

MENGAWAL NIAT HIDUP

Waktu terus berlalu. Dalam melewatinya tentu banyak sekali kejadian-kejadian yang sudah dirasakan. Kejadian yang membuat kita marah, sedih, senang, bahagia, sakit hati dan lain sebagainya. Yah, beginilah hidup. Hidup memang harus bervariasi. Masa terpuruk tidak selamanya akan terus menghinggapi diri kita, dan sebaliknya, tidak selamanya orang akan dihinggapi rasa senang selama menjalani hidupnya.
Dalam melakukan aktivitas sehari-hari islam telah mengajarkan cara agar semua yang telah dilakukan umatnya berbuah menjadi suatu pahala. Salah satu ajaran yang diajarkan agama islam adalah sahnya suatu amal tergantung dengan niat, seperti yang sudah dikatakan oleh sebuah hadist riwayat sahabat Umar bin Khatab. Sedang letak niat itu dikerjakan ketika mengawali sebuah pekerjaan, semisal dalam salat, niat salat dikerjakan ketika takbiratul ihram, begitu juga pekerjaan yang lainnya.
Dengan niat itu kita akan mendapatkan apa yang akan kita dapatkan. Keterangan selanjutnya dalam hadist riwayat Umar bin Khatab diatas dijelaskan, barang siapa hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa hijrahnya karena dunia atau wanita, maka dia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang dihijahinya. Sekilas memang mudah, tapi beda lagi dengan prakteknya. Setiap akan melakukan suatu pekerjaan saat itu pula niat seseorang akan diuji. Jika lolos, tentu ia akan mendapatkan apa yang sudah menjadi niatnya.
Agama islam telah mengajarkan bahwa sesungguhnya Allah mencatat amal-amal baik dan buruk dan kemudian menampakkan semuanya (kelak), barang siapa niat melakukan sebuah amal kebaikan namun tidak melakukannya, maka disisi Allah menjadi amal baik yang sempurna, dan apabila melakukannya maka amal baik itu disisi Allah akan menjadi sepuluh amal kebaikan dan bahkan akan dilipatgandakan lagi menjadi tujuh puluh kebaikan hingga lebih dari itu. Sebaliknya, barang siapa niat melakukan amal keburukan, kemudian tidak jadi melakukannya, maka akan dicatat sebagai satu kebaikan, dan barang siapa melakukan amal buruk itu maka hanya akan menjadi satu keburukan disisi Allah.
Walhasil, bawalah niat baik anda dengan sebaik-baiknya agar bisa menjadi sebuah amal kebaikan disisi Allah, meskipun tidak ada seorang pun yang tahu tentang maksud anda melakukan suatu pekerjaan atau amal baik yang anda yakini. Karena, Allah memandang seseorang dalam sisi batiniyahnya, bukan dari sisi lahiriyah seseorang.



Jumat, 19 September 2014
Posted by Unknown

HAK TUHAN ATAS AMAL

Dalam acara pengajian, ada seorang Mudin yang tiba-tiba mendadak bertanya kepada seorang Da'i yang kebetulan diundang untuk mengisi acara pengajian di sebuah masjid. Pas waktu itu Si Mudin sedang mengisi acara sambutan atas nama Takmir masjid setempat. Di depan para jama'ah yang kebanyakan ibu-ibu itu dia bertanya kepada Si Da'i dengan nada sedikit meninggi.
"Mas Da'i, gini Mas, katanya orang salat kalau tidak paham arti dari lafadz-lafadz yang dibaca saat salat katanya tidak sah salatnya, Mas? Lha kalau kayak Mas Da'i, ini apa tahu kalau salatnya itu diterima, Mas? Masak kog kayak gitu sih, Mas? Lha, itu pertanyaan saya untuk mengawali acara pengajian pada malam ini, terimakasih, wassalamu'alaikum."
Suasana sempat hening sejenak selepas Si Mudin selesai menyampaikan sambutan. Si Da'i tersenyum, memandangi Si Mudin yang langsung ngasih mix kepadanya. Kulihat dia sempat sedikit menghela nafas, sebelum memulai ceramah. Mungkin dia merasa sedikit tersinggung mendengar ungkapan Si Mudin yang kurang enak didengarnya. Tanpa panjang lebar, sebelum salam Si Da'i langsung menimpali perkataannya Si Mudin.
"Terimakasih Pak Mudin, pertanyaannya anda sangat bagus, tapi saya belum pasang kuda-kuda ini Pak, kog langsung diserang aja." Kata Si Da'i sambil tertawa. Dia mencoba untuk mencairkan suasana yang hawanya terasa sedikit panas. Para Ibu-ibu langsung tertawa mendengar perkataannya.
Si Da'i menanggapi apa yang sudah dikatakan oleh Si Mudin. Dia merasa pemahaman Si Mudin mengenai statemen yang mengatakan bahwa salat seseorang tidak akan diterima jika tidak mengerti arti lafadz-lafadz yang dibaca saat salat merupakan kepahaman yang kurang tepat. Karena, orang tidak akan tahu, diterima atau tidaknya amal-amal ibadah yang dilakukannya selama ini. "Termasuk, Saya." Tambah Si Da'i.
Manusia hanyalah ciptaan yang harus tunduk dan patus atas semua yang sudah diperintahkan oleh Tuhannya. Ibarat seorang budak dimata juragannya dan ibarat karyawan dimata bos-nya. Jika seorang pembantu atau karyawan diperintah untuk oleh sang juragan mengerjakan semua pekerjaan rumah, seperti nyuci baju, piring, ngepel dan sebagainya, makan dia-pun harus tunduk dan patuh untuk melaksanakan perintah-perintah itu. Kalau tidak, maka dia akan dikeluarkan dari pekerjaannya, dan kemudian akan terlunta-lunta karena tidak punya pekerjaan lagi untuk menghasilkan uang.
Begitupun nasib manusia dimata Tuhan. Dalam menjalani hidupnya, dia wajib untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Bukan berarti Tuhan butuh sesuatu dari apa yang telah dilakukannya demi Tuhan. Justru, yang membutuhkan Tuhan adalah manusianya sendiri. Karena, manusia dalam menjalani hidupnya harus bisa mencari bekal untuk meraih kebahagian abadi. Kalau manusia tidak pernah melakukan amal kebaikan atau amal ibadah lainnya, mungkin bisa jadi dia tidak akan mendapatkan apa-apa selama hidupnya, bahkan bisa jadi dia akan mendapatkan balasan yang setimpal, sama seperti orang-orang yang juga tidak melakukan amal ibadah selama hidup di dunia.
"Bukan Tuhan yang butuh amal kita, tapi kita yang butuh Tuhan!" Kata Si Da'i dengan nada sedikit keras.
Namun, mengenai tentang diterimanya amal, Si Da'i menganggap hal itu bukan hak manusia untuk dijadikan sebagai tuntutan bagi Tuhannya. Bukan berarti amal-amal baik yang sudah dilakukan, manusia bisa menggugat Tuhan agar mau menerima untuk dijadikan sebagai pahala baginya. Pemahaman inilah yang sangat keliru.
Memang, manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi ciptaan yang baik, bahkan makhluk paling mulia dimata Tuhan. Bukti manusia bisa dikatakan sebagai makhluk mulia telah dibuktikan secara langsung oleh Tuhan dengan memilihnya menjadi khalifah di bumi ini. Malaikat yang dikenal sebagai makhluk yang paling ta'at masih bukan termasuk kategori makhluk yang dipilih oleh untuk menjadi seorang khalifah alam. Maka, agar manusia menjadi baik dimata Tuhan, paling tidak dia menyadari diri bahwa selama menjalani hidupnya dia harus menjalani perintah-perintah Tuhan sesuai dengan kemampuannya. Karena Tuhan tidak menuntut hambanya untuk menjalani sesuatu yang tidak mampu dilakukannya.
"Makanya, ada perintah bagi kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, jika kita melihat tetangga kita lebih rajin dalam beribadah ya kita tidak boleh kalah, sedikit-demi sedikit kita perbaiki ibadah kita yang masih kurang, kalau bisanya cuma salat subuh ya kita pertahankan salat subuhnya, tapi jangan berhenti disitu, perbaiki lagi, kita tambahi dengan salat dhuhur dan begitu seterusnya, inilah salah satu proses yang harus dijalani dalam rangka untuk menjadi makhluk yang baik dimata Tuhan" Lanjut Si Da'i.
Si Mudin menganggukkan kepala. Ekspresi wajanya seperti orang yang sedang berpikir dalam-dalam. Sesekali dia melirik Si Da'i yang berlahan mengakhiri ceramahnya selama 30 menit. Si Da'i pun lega bisa menyampaikan isi ceramahnya dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain. Terakhir dalam ceramahnya, dia berdoa. semoga semua warga yang datang dalam majelis taklim malam itu termasuk orang-orang yang amalnnya diterima menjadi pahala bagi mereka, sebagai bekal menuju alam abadi kelak. Wallahua'lam.

Rabu, 17 September 2014
Posted by Unknown

BELAJAR DARI KESALAHAN

Siang itu, saya mendapat sms dari seseorang yang bilang bahwa dirinya berharap untuk invite P
in BBM-nya. Dalam sms itu tertera pin BBM 29EAFE2A. Setelah saya cek ternyata BBM atas nama H. Riyanti yang mengaku Distributor elektronik. Dia menawarkan beberapa produk ke saya dengan harga yang murah dan diskon yang lumayan menggiurkan.
Malamnya, saya coba menghubungi dia. Ternyata, enak diajak komunikasi. Karena saya merasa nyambung dengannya, akhirnya saya bilang ke dia kalau lebih baik saya datang ke rumahnya agar semua jelas. Bahkan saya menganggap dia bisa jadi rekan bisnis saya yang baik. Ketemu, klarifikasi lalu setelah dijelaskan semua akan menjadi jelas.
Paginya, orang yang mengatasnamakan diri sebagai H. Riyanti itu masih kembali menawarkan produk dan memperbolehkan saya untuk promosi produknya ke teman-teman BBM saya. Karena saya yakin, akhirnya apa yang dia kirimkan, saya sebar ke teman-teman. Sempat juga ada yang tertarik dan bertanya-tanya. Setiap ada pertanyaan dari teman saya yang menyangkut tentang produk yang ditawarkan orang itu saya langsung menanyakannya. Anehnya, dia menjawab dengan baik dan bahkan tawarannya semakin menggiurkan. Saya semakin penasaran dan curiga dengan orang itu. Akhirnya, berkat saran Faris, salah satu rekan kerja saya di Majalah, saya langsung mengecek keberadaan alamat orang itu yang lokasinya di Jl. Cekokan No.135 Kediri.
Sesampai disana saya langsung masuk ke rumah sesuai alamat. Rumahnya sepi tidak ada oang. Padahal, pintu terbuka dan sebelah ruang tamu ada tempat semacam ruangan kantor yang sudah siap untuk menerima tamu. Rumahnya sangat bagus, berlantai satu, dan sepertinya pemiliknya berstatus orang yang kaya.
Saya mencoba untuk mengucapkan salam. Satu kali, dua kali bahkan sampai beberapa kali saya mengucap salam, tak ada jawaban sama sekali dari pemilik rumah. Saya mencoba mendekat, masuk ke ruang tamu sambil melihat seisi barang yang ada didalamnya. Rupanya, di ruang tamu banyak sekali tumpukan bermacam kitab kuning yang tertata rapi di dalam lemari. Selain itu, saya juga melihat foto seorang kiai diatas lemari itu, juga foto H. Riyanti bersama keluarga.
Pikir saya, mungkin saja si pemilik rumah adalah seseorang yang pernah mengenyam pendidikan di Pesantren. Tidak mungkin kitab-kitab yang berderet di lemari itu hanya sebagai hiasan saja. Dan yang saya tahu, tidak mungkin orang yang memiliki kitab kuning kalau dia tidak pernah sekolah di Pesantren. Tanpa belajar di Pesantren, jarang sekali ada orang yang bisa memahaminya. Kog paham, membacanya saja tidak akan mungkin bisa, apalagi jika tidak pernah belajar sama sekali.
Aneh, sudah lama saya menunggu, masih saja tidak ada orang yang keluar untuk menemui saya. Akhirnya saya keluar dan bertanya ke tetangga depan rumah itu.
"Ada perlu apa Mas?"tanya seorang Ibu paruh baya.
"Bu Riyantinya ada di rumah Bu?"
"Ada Mas, apa mungkin masih keluar? tadi kayaknya ada kog, Mas udah ketok pintu?"
"Sudah Bu, bahkan saya udah mengucap salam berkali-kali tapi nggak ada yang keluar."
"Sampean udah transfer uang, Mas?"
"Belum kog Bu, saya cuma mau ngecek alamatnya Bu Riyanti"
"Oh... Alhamdulillah..."
"Lho, kenapa Bu?"
"Hati-hati Mas, kemarin ada anak Malang juga kesini, katanya udah tranfer uang 500 ribu buat beli Handphone, kasihan Mas, dia ketipu, ngecek kesini tapi orang yang punya rumah tidak mau mengakui, katanya rekening yang di tranfer uang bukan milik Bu Riyanti"
"Oh... Begitu, kalau begitu terimakasih, Bu"
Saya menghela nafas, nafsu amarah saya bergejolak tapi saya mencoba untuk sabar. Pikiran saya mulai berpikiran lain dalam menilai sosok Bu Riyanti. Saya sudah merasa telah tertipu. Kembali lagi saya masuk ke rumah dan kembali mengucap salam sambil mengetok pintu lebih keras.
Tidak lama kemudian ada sosok anak muda seumuran saya keluar. Penampulannya meyakinkan, seperti orang kantoran, memakai jaz abu-abu dan celana hitam, Hanya saja, sepertinya dia belum mandi. Mukanya agak sedikit kusut dan rambutnya tidak tertata rapi. Dia juga terlihat gugup saat menemui saya.
"Ada apa, Mas?"
"Maaf, apa betul ini rumahnya Bu Riyanti, pemilik MAHKOTA ONLINE SHOP yang menjual bebagai macam elektonik?"
"Bener ini rumah Ibu saya, tapi Ibu saya tidak menjual barang elektronik tapi kosmetik"
"Loh! Lha ini BBM siapa Mas?"
"Ini pasti penipuan, Mas, sudah ada kira-kira 60 orang yang datang kesini, udah biasa terjadi Mas, kasus ini juga sudah saya laporkan ke polisi, Nama Ibu saya yang dijadikan alat untuk melakukan penipuan?"
"Lha ini poto siapa Mas?" kata saya sambil menunjukkan Suran Izin Tempat Usaha dari Dinas Pelayanan Perizinan Terpadu dari Pemerintah Kota Kediri yang saya dapat dari BBM atas nama Bu Riyanti, yang telah saya copy paste.
"Lha itu Mas, itu yang saya maksud tadi"
"Ya, kalau memang sudah dilaporkan ke polisi ya Sampean sebar kasus ini ke masyarakat, biar semuanya tahu. Saya malu Mas, saya kadung promosi ke anak-anak, untung saja tidak suruh mereka menghubungi Pin BBMnya"
"Iya Mas, maaf ya Mas, saya nggak tahu"
Dengan muka yang sedikit mrengut, saya pamitan. Namun, wajah anak muda itu datar seperti tidak pernah ada masalah sama sekali. Saya berjabat tangan dengannya lalu keluar.Dan sebelum balik ke rumah, saya dipanggil sama Ibu yang berbincang-bincang lagi dengan saya sebelumnya.
"Gimana, Mas? Itu tadi anakan (Anak)-nya Mas, besok-besok lagi yang hati-hati Mas, udah banyak yang sudah tertipu"
"Iya Bu, makasih infonya..."
Hufh... Tak habis pikir, saya akan mengalami kejadian seperti ini. Mungkin ini yang pertama kali dan terakhir. Semoga saya bisa mengambil hikmah dibalik kejadian ini. Saya mengakui, mungkan saya telah ceroboh dan mudah untuk terlalu percaya kepada orang lain. Kadang, saya berpikir kenapa saya masih saja mudah dibodohi oleh orang lain.
Setiba di rumah, di BBM H. Riyanti ada pemberitahuan bahwa saya bisa menemuinya ke alamat yang ada. Sontak, saya langsung naik pitam, padahal saya baru saja datang ke rumahnya. Saya bilang ke dia bahwa dia telah menipu saya. Eh, dia malah mengejek saya dengan ikon orang yang lagi melet (Menjulurkan lidahnya). Hadeh...
 
Selasa, 16 September 2014
Posted by Unknown

PENEBAR DAMAIKU TERNODA

"Maaf, Anda beragama apa?" 
Tanya salah satu anggota Paguyuban Lintas Agama saat aku mengikuti Dialog di Gedung Serbaguna. Dengan mantap aku menjawab;"Saya muslim". 
Lalu, dia menyalami saya sembari tersenyum, kemudian kami berkenalan.
"Kenalkan, saya Aslam."
"Oh ya, saya Johan."
Lalu, Johan mempersilahkanku duduk disampingnya. Dia adalah pengikut agama kristen katolik yang taat dan baik hati. Dalam pertemuan itu dia sempat mengatakan kepadaku tentang keadaan yang dialami agama islam selama ini.
"Anda tahu tentang ISIS?" tanya Johan.
"Secara detail mungkin saya tidak bisa menjelaskan tentang ISIS, tapi secara garis besar, ISIS itu berfaham radikal, salah satu aliran islam yang ekstrim dan berbahaya bagi kerukunan antar umat beragama dan masyarakat luas" jawabku.
"Islam ini ada-ada saja ya, sejak dulu hingga sekarang tetap menjadi pembicaraan menarik, banyak kasus yang sudah terjadi yang berkaitan dengan islam, termasuk kejahatan teroris dan sekarang ISIS, kenapa ini bisa terjadi ya?"
Saat Johan menanyakan tentang hal itu, aku sedikit tersinggung. Sempat saya berpikir, apa maksud Johan menanyakan hal ini? Aku hampir memahami Johan sebagai sosok yang memahami bahwa seolah-olah umat islam selalu berbuat masalah dan penebar angkara murka. Karena, kasus-kasus yang sering terekspos di media dan menjadi berita terhangat adalah kasus-kasus yang berkaitan dengan agama islam.
Aku terdiam sejenak sambil berfikir untuk menanggapi dengan baik dari apa yang sudah ditanyakan oleh Johan. Tak kusangka, dia akan mengatakan statemen yang membuatku sedikit tersudutkan. Padahal, bagiku islam tidak seburuk apa yang Johan pikirkan. Islam adalah rahmatan lil'alamin, bukan laknatan lil'alamin. Agama yang ku yakini selalu menebarkan kedamaian kepada siapapun di dunia ini.
"Johan, kita telah memiliki musuh yang telah terlokalisasi dan teridentifikasi, musuh itu bersifat rohani, dia adalah setan yang memimpin kekuatan jahatannya, dia akan selalu menggoda manusia untuk saling bermusuhan dan melakukan tindak kejahatan, bahkan dia akan selalu mencoba menjerumuskan kita agar jauh dari Tuhan, bukankah begitu?"
"Iya" jawab Johan sambil mengangguk.
"Kamu percaya dengan roh-roh jahat yang ada di sekeliling kamu? Bagiku, mungkin roh-roh jahat itulah yang saat ini juga merasuki sebagian umat agamaku, dan mungkin saja ini bisa menimpa umat agama katolik yang anda yakini, karena kita tahu roh-roh jahat itu adalah antek-anteknya setan dan bisa mengelabuhi dan memperdayai siapa saja, tak memandang baik orang islam ataupun orang katolik, ya kan?"
"Iya, roh-roh jahat memang menebarkan kejahatan bagi umat manusia, kita harus selalu waspada tentang ini, maafkan saya jika pertanyaan saya buat kamu tersinggung" tambah Johan.
Hatiku lega, Johan bisa menerima pendapat yang tak sengaja saya sampaikan untuk menanggapi pertanyaannya. Ungkapanku itu tertulis dalam khutbah pernah disampaikan oleh Dr. R. L. Hymers, Jr. di Baptist Tabernacle of Los Angeles, yang diterjemahkan oleh Dr. Edi Purwanto, mengutip statemen Dr. J. Vernon Macgee.
Para peserta dialog mulai memadati ruangan. Pembawa acara, Moderator dan Narasumber telah siap memulai acara diatas podium. Aku dan Johan mengakhiri pembicaraan dan bersama-sama mengikuti acara yang dihadiri oleh kaum lintas agama dengan khidmat.  

Senin, 15 September 2014
Posted by Unknown

ISLAM ADA DI HATI JAWA

Pada waktu itu, saya ikut macopatan di daerah Semen Kediri. Disana saya bertemu dengan beberapa orang yang sedang latihan menyanyikan lagu-lagu jawa. Tidak banyak anggotanya, hanya sekitar 10 orang dengan latar belakang agama yang beda. Namun, meski berbeda mereka sangat bersemangat untuk berangkat latihan Macopatan yang diadakan selama seminggu sekali itu. Semangat mereka itu karena satu, yakni ingin bersama-sama melestarikan budaya jawa yang semakin lama semakin ditinggalkan.
Di rumah milik salah anggota yang sederhana itu mereka secara berganti
an menyanyikan syair lagu jawa jaman dahulu yang tidak semua orang tahu artinya. Yang membuat saya berkesan, setelah saya teliti ternyata syair-syair tembang Jawa yang dinyanyikan mereka adalah syair karangan para walisongo, seperti salah satunya syair dandanggulo yang dikarang oleh Sunan Kalijaga. Sayang, peminat syair-syair itu kian lama makin menghilang. Padahal, Sunan Kalijaga-lah termasuk salah satu figur Ulama yang ikut serta mempertahankan budaya.
Islam bisa masuk di tanah jawa dengan ramah, tanpa ada pemaksaan ataupun perlawanan dari pihak penduduk di jawa tempo dulu. Salah satu cara yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga agar islam bisa diterima secara baik diantaranya adalah menyatu dengan orang-orang jawa dengan apa yang mereka sukai saat itu. Dulu, gamelan merupakan salah satu jenis musik yang tidak ada duanya di dunia ini. Hanya orang jawa yang memiliki jenis musik gamelan yang tergolong unik dan langka. Justru dengan bergamelan inilah Sunan Kalijaga menjadi figur yang tidak terlupakan. Dengan syair-syair Jawa-nya yang penuh dengan nilai-nilai ajaran islam, Sunan Kalijaga dikenang sepanjang masa oleh orang-orang jawa. Salah satu buktinya, syair-syair itu masih dipertahankan dan dijadikan sebagai budaya jawa yang terus dilestarikan hingga saat ini.
Sungguh, pelajaran dari Walisongo, khususnya Sunan Kalijaga sangat menarik untuk diteladani oleh kader-kader islam selanjutnya. Berkat langkah Sunan Kalijaga yang arif dalam berdakwah, Islam akhirnya benar-benar dicintai dengan penuh ketaatan dan keramahan oleh pengikutnya di Jawa. Syair-syair karangan para sunan telah berhasil menyatu dan menjadi salah satu budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat Jawa, yang sebelumnya sangat awam dengan ajaran islam.

Minggu, 14 September 2014
Posted by Unknown

SAAT AGAMA BUKAN LAGI PEDOMAN

Akhir-akhir ini, banyak pihak yang menganggap dari beberapa Rencana Undang-undang dan sebagian Undang-undang Negara yang sudah ada di Indonesia bisa dikatakan tidak sesuai dengan harapan dari pihak-pihak-pihak tertentu. Salah satu buktinya, saya lihat di status BBM salah satu kenalan saya Aguk, wartawan KOMPAS. Dia menyatakan bahwa RUU dokter ditolak oleh dokter, RUU Pilkada ditolak oleh Kepala daerah dan RUU Advokat ditolak oleh Advokat. Bahkan, dia bertanya,"Pembuat UU bisa bikin UU nggak sih? #mikir!", tanya Aguk.
Kenapa bisa terjadi demikian?
Sempat terjadi perdebatan kecil antara saya dan Aguk. Intinya, dia setuju bahwa tidak mudah membuat Undang-undang. Melihat dari latar belakang, historis pembuatan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 pun tidak mudah. Harus melibatkan beberapa elemen-elemen yang harus ikut andil dalam memutuskan keputusannya. Terlebih jika Undang-undang itu berkaitan dengan aturan agama, maka Undang-undang Negara harus mengindahkannya, baik dalam memutuskan Undang-undang yang masih dalam perencanaan maupun dalam menyikapi Undang-undang yang sudah ada.
Saat ini, ada beberapa Undang-undang yang perlu diwaspadai, yang masih diujikan kembali untuk dibahas. Salah satu contohnya Undang-undang yang mengatur tentang perkawinan lain agama dan kawin sesama jenis. Dalam sudut pandang agama (islam), keduanya sudah menjadi aturan yang seharusnya dipatuhi oleh pengikutnya untuk dihindari. 
Hal ini akan menjadi polemik besar dalam tatanan Undang-undang di Indonesia dan bahkan dilingkungan masyarakatnya, jika kedua Undang-undang itu menjadi keputusan final yang disahkan. Indonesia bukan Amerika yang menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, dalam arti semua bisa terpatahkan dengan alasan HAM yang seolah tiada batasnya. Siapapun bisa melakukan apa yang diinginkan dengan mengatasnamakan HAM, padahal pemikiran seperti itu harus harus diluruskan kembali. 
Indonesia adalah salah satu bangsa yang masih menjunjung tinggi aturan agama sebagai ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Maka, tidak semua aturan Undang-undangnya bisa diputuskan hanya berdasarkan sebuah pemikiran otak manusia yang cenderung mengalami kesalahan. Indonesia adalah Negara yang mengakui agama menjadi salah satu pedoman hidup penduduknya. Dalam konteks inilah, seharusnya para pembuat Undang-undang harus memperhatikan betul-betul dalam membuat sebuah keputusan Undang-undang agar tidak terjadi polemik besar bagi seluruh warganya.
Dari kejadian ini kita bisa menyadari ungkapan bahwa;"Kehancuran akan terjadi jika suatu perkara ditangani oleh yang bukan ahlinya", bukanlah hanya sebuah ungkapan tanpa makna. Para pembuat Undang-undang akan menjadikan sebuah nestapa besar bagi warga Indonesia jika dalam keputusannya jauh dari harapan, apalagi melanggar dari aturan agama yang sudah ada. Agama bukan lagi sebuah pedoman yang menjadi pertimbangan dalam membuat sebuah hukum Negara.  
Sabtu, 13 September 2014
Posted by Unknown

BANGKIT DARI JIWA YANG LEMAH

Menjalani hidup adalah keniscayaan. Dalam hidup kita akan melewati kejadian-kejadian yang kadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kejadian yang kadang membuat kita resah, sedih, tertawa dan bahkan sampai kejadian yang membuat diri kita menjadi sangat takut untuk menghadapinya. Karena, mau tidak mau semua kejadian secara tidak langsung pasti akan mempengaruhi jiwa kita. 
"Katakan menurut kata hatimu!", kata ini mungkin sering kita dengar saat merenungkan kejadian yang sedang kita alami. Kadang kita dibingungnkan dengan sebuah pilihan yang memaksa kita untuk memilih satu diantaranya. Antara "Ya" dan "Tidak". Dua pilihan inilah yang sering membuat kita kebingungan. Apalagi, dua pilihan itu sama baiknya. Namun, menjadi pribadi yang baik adalah pilihan yang paling bijak untuk dipertahankan dalam diri kita.
Saya tertarik memahami pribadi seorang lakon dalam Film Identity Thief yang bernama, Sandy Patterson, seorang wakil direktur perusahaan di Amerika. Dia adalah seorang lelaki penyabar, penyayang dan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Dia mengalami kerugian yang sangat besar ketika bertemu dengan lawan sekaligus temannya yang bernama asli Diana, pencuri identitas Patterson yang berperawakan gemuk dan pernah masuk ke penjara dengan kasus yang sama.
Dalam ceritanya, Diana telah mengambil uang Petterson lewat ATM palsunya. Uang curiannya itu digunakan hanya untuk bersenang-senang, membeli mobil mewah, kosmetik, perhiasan, menyewa apartemen dan sebagainya. Tidak hanya itu, dia juga telah membuat Patterson kebingungan mencari Diana hingga beberapa hari di luar kota nan jauh dari keluarga, sendiri.
Perjalanan Patterson tidak berhenti disitu. Setelah bertemu, dia harus menghadapi sikap dan perilaku Diana yang aneh, pintar berbohong dan sangat sulit untuk diajak kompromi. Patterson harus kehilangan sisa uang dan mobil mewahnya. Namun, Patterson tetaplah Patterson. Dia tetap berbaik hati kepada Diana dengan cara tak membalas semua keburukan yang telah dilakukan Diana dengan tindakan yang amoral. Malah justru dia dengan setulus hati mengenalkan keluarganya, mempersilahkan menginap dan memberinya makan malam.
Dia akhir cerita film yang dibuat di tahun 2013 itu, akhirnya hati Diana luluh juga. Kebaikan yang sudah dilakukan Patterson telah membuka hatinya untuk menyadari semua kesalahannya di depan polisi. Padahal, Patterson sepertinya tidak menghendaki hal itu. 
Saat itu, sebenarnya Ayah tiga anak itu mengalami sebuah dilema. Antara "Ya" dan "Tidak". Dia berpikir bahwa jika dia tidak menjebloskan Diana ke penjara, berarti dia berjiwa lemah. Ternyata, tidak seperti apa yang dia bayangkan. Keajaiban datang dari Diana sendiri yang tiba-tiba sadar untuk menebus semua tindak kejahatannya. Dan yang pasti, Patterson telah berhasil dengan keputusannya, untuk tetap menjadi pribadi yang baik meski sudah disakiti dan dirugikan oleh lawan mainnya.

Minggu, 30 Maret 2014
Posted by Unknown

LISAN AHLI NERAKA

Ada seorang sahabat berkata kepada Nabi;"Wahai Rasul, Si Fulan seorang ahli ibadah, kalau pagi berpuasa dan melakukan ibadah (qiyamullail) di malam hari. Tapi, dia sering menyakiti hati orang lain dengan lisannya. Bagaimana Wahai Rasul?" Nabi berkata;"Dia adalah ahli neraka."
Dari sekelumit cerita ini kita bisa mengambil  sebuah hikmah bahwa orang yang baik tidak selalu identik dengan sebuah penampilan. Dalam mengaplikasikan kebaikan tidak harus melalui perwujudan sebuah penampilan saja, seperti memakai jubah, baju koko, peci, kerudung atau simbol-simbol lainnya.
Beribadah tidak bisa diartikan dengan hanya melakukan salat di masjid setiap saat, mengikuti pengajian setiap waktu, atau bahkan meninggalkan komunikasi dengan orang lain hanya untuk kebutuhan ibadah saja. Perilaku-perilaku seseorang diatas adalah wujud pemahaman sangat sempit dalam memahami arti ibadah. Padahal, menjaga lisan agar terjaga dari perkataan yang buruk itu juga merupakan ibadah jika diniati untuk beribadah. Karena hal ini merupakan wujud syukur kita dalam mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan berupa lisan.
 
Posted by Unknown

MASUK SURGA KARENA SEEKOR BURUNG

Pada dasarnya hidup ini bukanlah akhir dari segalanya. Justru, hidup ini merupakan awal dimana kita kelak akan menemukan arti dari sebuah kehidupan abadi. Kita tak pernah tahu, dengan lantaran apa Tuhan akan menerima amal kita, lalu kemudian mamasukkan kita ke surga-Nya untuk selama-lamanya.
Namun, apalah daya, ternyata kita semua memang sudah diciptakan. Tuhan telah mejadikan kita semua menjadi salah satu makhluk ciptaan yang harus menempuh takdir yang sudah tergoreskan. Lalu, haruskah kita menyesali semua yang telah terjadi? Tentu sangat tidak jika kita mengalami penyesalan itu.
Semua manusia tentu sangat berharap agar dirinya termasuk seorang hamba Tuhan yang juga ingin merasakan nikmatnya surga Tuhan. Setelah itu, dia akan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang baik. Sekuat mungkin dia akan menerima apapun yang sudah diterimanya di dunia ini. Sukacita, kesedihan, keterpurukan, kedamaian, keburukan dan apapun yang sudah dialami.
Sebagaimana teladan Sahabat Umar bin Khatab, salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw. Dia termasuk salah satu manusia pilihan yang telah membuktikan dirinya sebagai hamba Tuhan. Umat islam mana yang tidak kenal sosok sahabat Nabi yang pemberani ini.
Dalam riwayat kehidupannya, Umar adalah seorang pemimpin yang adil dan dermawan. Disamping itu dia juga termasuk orang yang zuhud, tidak ketergantungan dengan dunia. Selain dari tiga sifat umar itu tentu banyak sekali sifat, sikap dan perilaku lain yang tidak semuanya diketahui oleh banyak orang. Namun, dengan kebaikan manakah Tuhan akhirnya memasukkan dia ke dalam surga?
Pada suatu ketika, sebagai seorang pemimpin Umar berjalan-jalan mengelilingi Kota Madinah untuk mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung. Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang membawa seekor burung. Burung itu dibuat mainan oleh si anak kecil. Karena merasa iba, dengan kasih sayangnya Umar membeli burung yang dibawa anak kecil itu. Setelah burung itu didapatkan, dia lalu melepaskan burung itu agar bisa terbang kembali.
Setelah wafat, banyak ulama' yang bermimpi bertemu dengan Umar. Dalam mimpi mereka bertanya kepada Umar;"Wahai Umar, apa yang dilakukan oleh Allah terhadapmu?". Umar menjawab;"Allah telah mengasihiku dan kemudian memasukkanku kedalam surga-Nya". Mereka bertanya kembali;"Apa yang membuat Allah mengasihi dan kemudian memasukkanmu kedalam surga? Apakah karena keadilanmu? atau kedermawananmu? atau kezuhudanmu?". Umar menjawab;"Aku dimasukkan ke surga oleh Allah karena aku mengasihi seekor burung".
Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa; sebagai hamba Tuhan kita harus selalu berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kita tak pernah tahu manakah amal yang bisa menjadikan diri kita menjadi salah satu hamba Tuhan yang selamat. Kita hanya bisa berharap semoga satu diantara amal-amal baik yang sudah kita lakukan adalah amal yang diterima Tuhan, sehingga termasuk hamba Tuhan yang mendapatkan kenikmatan surga-Nya.
Sabtu, 29 Maret 2014
Posted by Unknown

NYANYIAN TUK TUHAN

Ya Allah, aku semakin takut 
menjalani kehidupanku
Bukan karena aku takut Engkau hinakan aku dimata manusia
Tapi aku takut 
jika Kau tak memberiku kesempatan
untuk menjadi hamba-Mu yang mulia disisi-Mu
Ya Allah, aku semakin ciut nyali 
menghadapi kerasnya hidup
Bukan karena aku tak kuat untuk menabahkan hatiku

Tapi aku takut 
jika tak mampu lagi menjunjung tinggi nama-Mu
Posted by Unknown

MASUK SURGA KARENA SEEKOR BURUNG

Pada dasarnya hidup ini bukanlah akhir dari segalanya. Justru, hidup ini merupakan awal dimana kita kelak akan menemukan arti dari sebuah kehidupan abadi. Kita tak pernah tahu, dengan lantaran apa Tuhan akan menerima amal kita, lalu kemudian mamasukkan kita ke surga-Nya untuk selama-lamanya.
Namun, apalah daya, ternyata kita semua memang sudah diciptakan. Tuhan telah mejadikan kita semua menjadi salah satu makhluk ciptaan yang harus menempuh takdir yang sudah tergoreskan. Lalu, haruskah kita menyesali semua yang telah terjadi? Tentu sangat tidak jika kita mengalami penyesalan itu.
Semua manusia tentu sangat berharap agar dirinya termasuk seorang hamba Tuhan yang juga ingin merasakan nikmatnya surga Tuhan. Setelah itu, dia akan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang baik. Sekuat mungkin dia akan menerima apapun yang sudah diterimanya di dunia ini. Sukacita, kesedihan, keterpurukan, kedamaian, keburukan dan apapun yang sudah dialami.
Sebagaimana teladan Sahabat Umar bin Khatab, salah satu sahabat Nabi Muhammad Saw. Dia termasuk salah satu manusia pilihan yang telah membuktikan dirinya sebagai hamba Tuhan. Umat islam mana yang tidak kenal sosok sahabat Nabi yang pemberani ini.
Dalam riwayat kehidupannya, Umar adalah seorang pemimpin yang adil dan dermawan. Disamping itu dia juga termasuk orang yang zuhud, tidak ketergantungan dengan dunia. Selain dari tiga sifat umar itu tentu banyak sekali sifat, sikap dan perilaku lain yang tidak semuanya diketahui oleh banyak orang. Namun, dengan kebaikan manakah Tuhan akhirnya memasukkan dia ke dalam surga?
Pada suatu ketika, sebagai seorang pemimpin Umar berjalan-jalan mengelilingi Kota Madinah untuk mengetahui keadaan rakyatnya secara langsung. Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang membawa seekor burung. Burung itu dibuat mainan oleh si anak kecil. Karena merasa iba, dengan kasih sayangnya Umar membeli burung yang dibawa anak kecil itu. Setelah burung itu didapatkan, dia lalu melepaskan burung itu agar bisa terbang kembali.
Setelah wafat, banyak ulama' yang bermimpi bertemu dengan Umar. Dalam mimpi mereka bertanya kepada Umar;"Wahai Umar, apa yang dilakukan oleh Allah terhadapmu?". Umar menjawab;"Allah telah mengasihiku dan kemudian memasukkanku kedalam surga-Nya". Mereka bertanya kembali;"Apa yang membuat Allah mengasihi dan kemudian memasukkanmu kedalam surga? Apakah karena keadilanmu? atau kedermawananmu? atau kezuhudanmu?". Umar menjawab;"Aku dimasukkan ke surga oleh Allah karena aku mengasihi seekor burung".
Dari kisah ini kita bisa mengambil hikmah bahwa; sebagai hamba Tuhan kita harus selalu berusaha untuk menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Kita tak pernah tahu manakah amal yang bisa menjadikan diri kita menjadi salah satu hamba Tuhan yang selamat. Kita hanya bisa berharap semoga satu diantara amal-amal baik yang sudah kita lakukan adalah amal yang diterima Tuhan, sehingga termasuk hamba Tuhan yang mendapatkan kenikmatan surga-Nya.
   
Posted by Unknown

KETIKA SANG KIAI JADI ARTIS

Mendengar kabar kememangan film Sang Kiai dalam Festival Film Indonesia 2013, adalah kabar gembira, terutama bagi warga NU termasuk saya. Alasan kegembiraan, bagi saya bukan karena saya adalah warga NU atau yang ditokohkan itu adalah tokoh Nu. Namun, karena saya mendapat pelajaran dari perjuangan Hasyim Asy’ari untuk bangsa.
Seorang kiai dalam kiprahnya, akan membawa dampak yang besar pengaruhnya bagi masyarakat. Banyak masyarakat yang tunduk dan patuh pada perintah seorang kiai. Kita bisa mengamati bersama dalam film Sang Kiai ataupun Sang Pencerah, yang kedua sosok kiainya menjadi tokoh panutan masyarakat seperti keyataan yang telah terjadi.
Hasyim Asy’ari merupakan tokoh sentral pemeluk agama islam dijamannya. Berkat pengaruhnya, Indonesia bisa meraih kemerdekaan. Meskipun pada awalnya, dia hanya menentang tentara Jepang yang telah memaksa rakyat indonesia untuk melakukan Sekerei (menghormat kepada matahari). Dalam alur ini secara harfiah Hasyim Asy’ari bisa dikatakan tetap bersikukuh dengan agamanya, bukan karena dia membela negaranya, namun pada akhirnya seluruh pengikutnya mengakui sikap nasionalisme seorang Hasyim Asy’ari untuk bangsa, setelah sebelumnya tertangkap oleh tentara jepang.
Ahmad Dahlan dalam film Sang Pencerah juga bisa dikatakan sangat berpengaruh dalam lingkungannya. Walaupun sudah dicap sebagai kiai kafir yang menyebarkan aliran sesat, dia tetap bertahan dengan apa yang sudah menjadi ajaran dan pola pikirnya. Dia tetap bersikukuh dengan pendapat dan bisa mempengaruhi masyarakat melalui dukungan keluarga dan lima santrinya. Hingga akhirnya, terbentuklah organisasi keagamaan bernama Muhammadiyah yang sampai saat ini masih eksis membina umatnya.
Jika kita cermati, kedua film itu sama-sama menampilkan perjuangan seorang kiai dalam membina umat dari kekesesatan berideologi dan berkeyakinan. Hasyim Asy’ari menentang Sekerei yang sudah dinilainya telah melanggar aturan umat islam. Sedangkan Ahmad Dahlan terkesan hanya sebagai seorang pionir yang menggagas pemikiran, bahwa islam itu mudah dan membebaskan, bukan agama yang menyulitkan seperti yang dianut di jawa kuno saat itu. Hanya saja, dalam menampilkan jiwa nasionalisme untuk bangsa, kisah cerita Hasyim Asy’ari dalam film tampak lebih kentara dibanding Ahmad Dahlan yang cenderung dikatakan sebagai pembaharu dan pendobrak tradisi.
Hasyim Asy’ari yang sudah dikenal sebagai pendiri NU dan dan Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, keduanya adalah tokoh sentral yang layak mendapatkan apresiasi positif dari seluruh warga indonesia, lebih-lebih dari kalangannya sendiri. Kiprah perjuangan seorang kiai dalam kedua filmnya sangat baik untuk ditonton karena realitasnya memang sudah diakui oleh masyarakat. Sampai-sampai untuk kedepan Sunil Santami, produser film Sang Kiai, masih mencari tokoh nasional yang akan diangkat kembali ke layar lebar besutannya. Namun, akan sangat riskan ketika tokoh yang dijadikan aktor utamanya adalah tokoh berpengaruh yang jauh dari konteks semisal nasionalisme.
Dalam menonton film, peminat televisi harus lebih cermat dalam menghayati alur cerita dan profil-profil tokohnya. Paling tidak dia harus bisa mengambil esensi yang bisa dijadikannya sebagai pelajaran. Karena, kebaikan bisa datang dari siapa saja, bukan hanya dari profil seorang kiai. Esensi dari kebaikan yang kita dapat dari menonton film adalah sesuatu yang bisa menjadikan seseorang menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Kalau dalam menampilkan film hanya karena alasan untuk yang bisa membangkitkan jiwa nasionalisme, saya kira tidak harus dengan menampil seorang tokoh nasional, apalagi pejuang yang sudah terkenal sebagai tokoh islam yang sangat berpengaruh. Paling tidak alur ceritanya bisa menggugah hati nurani seseorang untuk semangat kebangsaan tanpa menimbulkan perpecahan dan kesenjangan sosial baik secara individu maupun golongan.   
Melihat fenomena ini, para produser dalam industri perfilman harus lebih hati-hati dalam mengangkat tema cerita sebuah film. Baik film Sang Kiai maupun Sang Pencerah berpotensi menimbulkan kontraversi bagi masyarakat luas. Kenapa? Kedua tokoh itu punya umat yang berbeda pendapat mengenai ajarannya. Hasyim Asy’ari tokoh NU yang mayoritas pengikutnya melakukan tahlil, dziba’an, mauludan, nariyahan dan sejenisnya. Sedangkan Ahmad Dahlan adalah tokoh Muhammadiyah yang para pengikutnya melarang untuk melakukan amaliyah yang dilakukan oleh NU.
Dari dua film ini saja, pernah diberitakan tentang anggapan bahwa film Sang Kyai itu meniru film Sang Pencerah, meskipun sudah ditepis oleh sutradaranya, Rako Pujiarto. Harapan saya semoga persetruan ini tidak menimbulkan kesenjangan sosial baik dari kalangan NU maupun Muhammadiyah.
Kiprah seorang tokoh besar pemberitaannya akan lebih mudah dikenal oleh masyarakat. Dia akan menjadi pusat perhatian dengan apa yang sudah dilakukannya. Lebih-lebih jika dia memang seorang pejuang tanah air, tentu merupakan hal yang menarik dan cukup layak untuk diangkat menjadi sebuah film, sesuai dengan biografi perjalanan hidupnya mulai dari lahir hingga akhir hayatnya. Maka hal ini perlu diperhatikan, khususnya bagi para produser dunia perfilman yang melibatkan orang yang sudah dikenal menjadi tokoh utamanya.

Sebuah film bisa dikatakan baik jika penayangannya bisa menimbulkan hal-hal yang saya khawatirkan seperti uraian diatas, kendati telah menjadi film terbaik di Festival Film Indonesia atau bahkan dikenal oleh penduduk dunia sekalipun.
Posted by Unknown

Bismillahirrahmanirrahim...

Alhamdulillah, akhirnya blog saya jadi juga. Semoga makin semangat nulis dan ada manfaatnya. Amin...
Posted by Unknown

Popular Post

Blogger templates

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Albirroers -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -