Posted by : Unknown Minggu, 30 Maret 2014

Menjalani hidup adalah keniscayaan. Dalam hidup kita akan melewati kejadian-kejadian yang kadang tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kejadian yang kadang membuat kita resah, sedih, tertawa dan bahkan sampai kejadian yang membuat diri kita menjadi sangat takut untuk menghadapinya. Karena, mau tidak mau semua kejadian secara tidak langsung pasti akan mempengaruhi jiwa kita. 

"Katakan menurut kata hatimu!", kata ini mungkin sering kita dengar saat merenungkan kejadian yang sedang kita alami. Kadang kita dibingungnkan dengan sebuah pilihan yang memaksa kita untuk memilih satu diantaranya. Antara "Ya" dan "Tidak". Dua pilihan inilah yang sering membuat kita kebingungan. Apalagi, dua pilihan itu sama baiknya. Namun, menjadi pribadi yang baik adalah pilihan yang paling bijak untuk dipertahankan dalam diri kita.
Saya tertarik memahami pribadi seorang lakon dalam Film Identity Thief yang bernama, Sandy Patterson, seorang wakil direktur perusahaan di Amerika. Dia adalah seorang lelaki penyabar, penyayang dan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan. Dia mengalami kerugian yang sangat besar ketika bertemu dengan lawan sekaligus temannya yang bernama asli Diana, pencuri identitas Patterson yang berperawakan gemuk dan pernah masuk ke penjara dengan kasus yang sama.
Dalam ceritanya, Diana telah mengambil uang Petterson lewat ATM palsunya. Uang curiannya itu digunakan hanya untuk bersenang-senang, membeli mobil mewah, kosmetik, perhiasan, menyewa apartemen dan sebagainya. Tidak hanya itu, dia juga telah membuat Patterson kebingungan mencari Diana hingga beberapa hari di luar kota nan jauh dari keluarga, sendiri.
Perjalanan Patterson tidak berhenti disitu. Setelah bertemu, dia harus menghadapi sikap dan perilaku Diana yang aneh, pintar berbohong dan sangat sulit untuk diajak kompromi. Patterson harus kehilangan sisa uang dan mobil mewahnya. Namun, Patterson tetaplah Patterson. Dia tetap berbaik hati kepada Diana dengan cara tak membalas semua keburukan yang telah dilakukan Diana dengan tindakan yang amoral. Malah justru dia dengan setulus hati mengenalkan keluarganya, mempersilahkan menginap dan memberinya makan malam.
Dia akhir cerita film yang dibuat di tahun 2013 itu, akhirnya hati Diana luluh juga. Kebaikan yang sudah dilakukan Patterson telah membuka hatinya untuk menyadari semua kesalahannya di depan polisi. Padahal, Patterson sepertinya tidak menghendaki hal itu. 
Saat itu, sebenarnya Ayah tiga anak itu mengalami sebuah dilema. Antara "Ya" dan "Tidak". Dia berpikir bahwa jika dia tidak menjebloskan Diana ke penjara, berarti dia berjiwa lemah. Ternyata, tidak seperti apa yang dia bayangkan. Keajaiban datang dari Diana sendiri yang tiba-tiba sadar untuk menebus semua tindak kejahatannya. Dan yang pasti, Patterson telah berhasil dengan keputusannya, untuk tetap menjadi pribadi yang baik meski sudah disakiti dan dirugikan oleh lawan mainnya.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

Blogger templates

Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © Albirroers -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -